NIKEL.CO.ID, 24 Februari 2023-Ekspor nickel pig iron (NPI) dari Indonesia ke China berada di urutan pertama sepanjang 2022 dibandingkan eksportir dari negara lain. Namun, muncul perkiraan produksi nickel pig iron (NPI) Indonesia akan terus menyusut pada Februari 2023. Terjadinya peralihan produksi dari NPI ke nickel matte akan membatasi pertumbuhan output NPI.
Menurut Administrasi Umum Kepabeanan, China mengimpor 619 ribu metric ton (mt) NPI dan feronikel pada 1 Desember 2022, tumbuh sebesar 3,8% MoM atau meningkat sebesar 84,5% YoY. Secara khusus, impor feronikel mencapai 72.000 mt dan volume impor NPI tercatat 546.000 mt.
Sepanjang tahun 2022, ekspor NPI dari Indonesia ke China menduduki peringkat pertama , sebesar 88,23%. Disusul NPI dari New Caledonia 2,36%, ekspor dari negara lain 2,33%, Korea Selatan 2,12%, Colombia 1,97%, Brazil 1,91%, dan Jepang 1,08%.
Administrasi Umum Kepabeanan China menyebutkan, output NPI Indonesia mencapai 101.100 mt dalam kandungan nikel pada Januari 2022, terjadi penurunan dari bulan ke bulan sebesar 2,41%. Shanghai Metals Market (SMM) mengutarakan, pada Januari 2022, Qingdao Zhongzi Zhongcheng dan PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF) milik Lygend menghasilkan NPI melalui lini produksi baru mereka. Skala industri NPI Indonesia terus berkembang karena lini produksi baru terus dimasukkan ke dalam produksi, sehingga meningkatkan output.
Selain itu, karena rendahnya permintaan nickel matte dari nikel sulfat telah mengurangi profitabilitas sebelumnya. Ketika itu minat produsen untuk beralih memproduksi nickel matte telah berkurang. Mereka kembali memproduksi NPI dengan cepat, sehingga output NPI meningkat.
Namun, SMM mengungkap, produksi NPI di Indonesia akan terus mengalami penurunan. Alasan utamanya adalah salah satu pabrik baja di Indonesia secara signifikan mengurangi produksi baja nirkaratnya dan melakukan sebagian pemeliharaan lini produksi RKEF. Dampaknya, akan mempengaruhi pasokan NPI.
Produksi NPI di Indonesia diperkirakan akan terus menyusut pada Februari 2023. Meski output beberapa produsen diperkirakan akan pulih, namun mulai ada peralihan produksi dari NPI ke nickel matte, sehingga akan membatasi pertumbuhan output NPI
Harga Bijih Nikel Rangebound
Sementara itu, dari sisi transaksi bijih nikel di kawasan Asia Timur yang terpantau di Shanghai Futures Exchange (ShFE), pada Januari 2023 harga bulanan bijih nikel kadar (Ni) 1,5% rata-rata US$71,5 per wet metric ton (wmt). Transaksi tersebut berbasis Cost, Insurance, and Freight (CIF).
Tren harga bijih nikel Ni 1,5% tersebut tergolong datar dari bulan sebelumnya, disebabkan oleh pasar yang macet menjelang liburan Tahun Baru China (CNY) di bulan tersebut. Permintaan bijih nikel dari pabrik NPI yang membawa beberapa persediaan produk jadi di dalam pabrik sangat buruk.
Pada saat yang sama, harga NPI tetap stabil, membatasi margin keuntungan pabrik NPI. Dari sisi pasokan, pengapalan bijih nikel dari Filipina terhambat oleh musim hujan di negara tersebut, dan harga bijih yang tinggi. Namun, angkutan laut turun. Dengan demikian, total biaya CIF bijih nikel tidak berubah secara signifikan, dan kenaikan harga bijih nikel belum tertransmisikan ke sektor hilir.
Februari 2023, output NPI diperkirakan meningkat MoM, yang mengindikasikan bahwa pabrik NPI akan memiliki permintaan bijih nikel. Perusahaan NPI besar memiliki persediaan bijih nikel yang cukup, dan umumnya mereka menawarkan harga pembelian bijih nikel yang lebih rendah.
Pada saat yang sama, pasar relatif konservatif dalam ekspektasinya untuk pemulihan konsumsi hilir selanjutnya. Pembeli dan penjual memperebutkan harga, sehingga harga bijih nikel sedikit berubah. Beberapa pabrik NPI mengisi kembali bijih nikel karena permintaan yang kaku, dan harga yang diperdagangkan relatif tinggi karena terbatasnya pasokan bijih nikel. Harga bijih Ni 1,5% diperkirakan akan sedikit lebih tinggi menjadi sekitar US$71-US$77 per wmt berdasarkan CIF. (Syarif)
