Beranda Asosiasi Pertambangan APNI Sampaikan Sudah Ada Smelter yang Gunakan Teknologi OESBF

APNI Sampaikan Sudah Ada Smelter yang Gunakan Teknologi OESBF

1923
0
Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (Sekum APNI), Meidy Katrin Lengkey saat menyampaikan paparan dalam Focus Group Discussion (FGD) Industry Outlook & Collaboration 'Hilirisasi bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN). (Dok. APNI)
Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (Sekum APNI), Meidy Katrin Lengkey saat menyampaikan paparan dalam Focus Group Discussion (FGD) Industry Outlook & Collaboration 'Hilirisasi bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN). (Dok. APNI)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (Sekum APNI), Meidy Katrin Lengkey, menyampaikan, saat ini beberapa perusahaan pengolah bijih nikel atau smelter telah menggunakan inovasi baru, yaitu oxygen enriched side blown furnace (OESBF).

“Karena kalau kita flashback, smelter pertama yang berdiri di Indonesia menggunakan teknologi blast furnace. Akhirnya, sudah tidak ada lagi ya. Kemudian berganti ke rotary kiln electric furnace (RKEF). Namanya juga elektrik berarti butuh energi yang luar biasa. Sekarang inovasi baru dan sudah berdiri, namanya OESBF. Ini teknologi baru, tapi sudah berproduksi,” papar Meidy dalam diskusi kelompok terfokus atau  Focus Group Discussion (FGD) Industry Outlook & Collaboration bertema “Hilirisasi bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN)”, di Jakarta, Kamis (28/11/2024).

Dia menyebutkan, PT Bumi Makmur Sulawesi (BMS) di Palopo menjadi salah satu perusahaan yang betul-betul sukses menggunakan new energi. BMS saat ini menggunakan hidro, bukan power plant batu bara. Saat ini, rata-rata satu line membutuhkan 30, 50, hingga 82 megawatt (MW). Sekarang ini kebanyakan 33 ribu kilo volt ampera (kVA) hingga 45 ribu kVA, itu membutuhkan energi sampai 82 MW. 

Selain itu, ia mengungkapkan, PT CNGR sudah proper environment, social, and governance (ESG), bahkan produknya sudah tercatat di London Metal Exchange (LME).

Focus Group Discussion (FGD) Industry Outlook & Collaboration 'Hilirisasi bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN). (Dok. APNI)
Focus Group Discussion (FGD) Industry Outlook & Collaboration ‘Hilirisasi bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN). (Dok. APNI)

Menyinggung ESG, Sekum APNI itu mengatakan, serangan Eropa dan Amerika terkait dirty nickel, saat ini APNI tengah mempelajari ESG list assesment. Menurut dia, 12 agensi dunia membuat list assesment tidak menyertakan Indonesia. Mereka membuat list penilaian berbasis tambang atau smelter dari negara Eropa dan Amerika, bukan Indonesia. Karena itu, APNI menolak karena dianggap tidak sesuai.

“Ya, kami sedang menyusun list untuk kita combine dengan situasi ESG Indonesia, kondisi Indonesia, dan aturan Indonesia. Salah satu yang paling utama dari ESG list adalah energy conjuntion-nya,” ujarnya.

Diketahui, PLN menggelar program FGD tersebut agar dapat berkontribusi dan berkolaborasi untuk kemajuan jangka panjang. Kegiatan ini merupakan langkah strategis PLN dalam mendukung pengembangan industri hilirisasi di Indonesia. Diskusi ini bertujuan mengeksplorasi peran dan indikator kunci dalam pengembangan hilirisasi, membahas tantangan, peluang terbaru, serta inovasi yang dapat mendukung perkembangan bisnis hilirisasi di indonesia. 

Sebagai penyedia listrik utama, PLN berperan signifikan dalam mendukung kelangsungan operasional hilirisasi yang sangat bergantung pada pasokan listrik yang stabil dan efisien. Tujuannya adalah menciptakan kolaborasi strategis yang mendukung inovasi dan pertumbuhan berkelanjutan, serta memastikan keberlanjutan industri hilirisasi di Indonesia dalam lanskap industri yang terus berubah. (Lili Handayani)