NIKEL.CO.ID, 3 Agustus 2023—Negara sudah merasakan hasil dari hilirisasi nikel di Indonesia. Selain meningkatkan lapangan kerja, hilirisasi nikel sudah menghasilkan pendapatan keuangan negara yang jumlahnya besar.
Hal tersebut diungkapkan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), saat memberikan sambutan pada acara Pengukuhan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) masa bakti 2023-2028, di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta, Senin (31/7/2023).
“Saya sebetulnya mau membuka yang di Morowali itu negara dapat berapa, tapi ini rahasia dari Ditjen Pajak. Tapi, besar sekali. Saya kaget juga angkanya, besar sekali. Ini sekali lagi baru urusan nikel,” ungkap Jokowi untuk menjawab sinyalemen bahwa yang untung hanya penugsaha, lalu negara dapat apa.
Presiden menjelaskan, pada 2015 Indonesia mengekspor bahan mentah hanya menghasilkan US$2,1 miliar kurang lebih Rp31 triliun. Setelah hilirisasi nikel melompat jauh, dari US$2,1 miliar menjadi US$33,8 miliar atau kurang lebih Rp510 triliun. Berarti lompatannya beberapa kali.
Ini baru beberapa turunan saja, ia menambahkan, kalau nanti turunannya bisa berkembang menjadi turunan-turunan yang lain, derivatif yang lainnya. Bisa dibayangkan berapa angka yang akan muncul. Dan, itu baru nikel.
“Negara kan pasti memungut pajak, PPN, PPh, royalti, dan PNBP dari angka Rp31 triliun itu. Kemudian, melompat dari Rp31 triliun menjadi Rp510 triliun juga dipungut PPN, PPh, royalti, PNBP. Besar mana negara akan dapat?”
Ia juga menyinggung soal peningkatan serapan tenaga kerja setelah adanya hilirisasi nikel. Di Sulawesi Tengah (Sulteng) contohnya. Sebelum dilaksanakan hilirisasi hanya 1.800 tenaga kerja yang terserap dalam pengolahan nikel, setelah hilirasasi nikel menjadi sebanyak 71.500 orang bisa bekerja. Ini berarti meningkat 40 kali lipat yang bisa bekerja di pengolahan nikel setelah dilaksanakan hilirisasi nikel.
Di Maluku Utara (Malut) juga begitu, bahkan meningkat 90 kali lipat. Sebelumnya hanya 500 orang, setelah hilirisasi menjadi 45.600 orang yang bisa bekerja di hilirisasi nikel yang ada di sana.
“Hilirisasi nikel juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Di Sulteng tadi, sebelumnya hanya rata-rata 7% sampai 7,5%, begitu ada hilirisasi menjadi 15% pertumbuhan ekonominya. Di Malut, sebelumnya rata-rata 5,7%, stelah hilirisasi menjadi 23%,” tuturnya.
Sebelumnya Presiden Jokowi sudah menyinggung hilirisasi industri merupakan dua hal penting yang dapat membuat Indonesia menjadi negara maju, termasuk di dalamnya hilirasasi semua mineral, hilirasasi perkebunan, perikanan, pertanian, semuanya bisa dihilirisasi. Hal penting lainnya adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) karena bonus demografi. Namun, pengembangan SDM belum sukses dilakukan. (Rusdi/Dbs)