Beranda Berita Nasional Lampu LED sedang Tren, Menjadi Daya Tarik Investasi di Indonesia

Lampu LED sedang Tren, Menjadi Daya Tarik Investasi di Indonesia

499
0

NIKEL.CO.ID, 17 FEBRUARI 2023 – Penggunaan lampu LED sedang tren di Indonesia. Peluang market lampu berteknologi tinggi ini sangat besar dan menarik untuk investasi di industri pembuatan lampu LED.

Menurut Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia (APERLINDO) saat ini ada sebanyak 75,3 juta masyarakat Indonesia sudah menikmati listrik. Bila rata-rata 10 lampu dari 75,3 juta ada 300 ribu dan di kali 10 sehingga ada 750 juta lampu. Dari jumlah tersebut dapat dilihat betapa besar peluang pasar lampu di Indonesia.

Ketua Umum APERLINDO, John Manoppo mengatakan, fenomena sekarang adalah lampu LED yang merupakan lampu berteknologi tinggi.

“Mungkin jaman dulu kita memakai lampu pijar, terus pakai LHE (lampu hemat energi) yang bentuknya spiral. LHE itu tahun 2026 harus pindah karena itu mengandung merkuri. Sedangkan LED tidak mengandung merkuri sama sekali,” kata John Manoppo dalam acara Konferensi pers GEM Indonesia di hotel Bidakara Jakarta, kemarin.

Menurutnya, dari data pemerintah sebanyak 99,6 persen masyarakat Indonesia telah menikmati aliran listrik, dan sisanya masih ada 0,4 persen yang belum menikmati listrik baik di kota maupun di desa.

“Jadi potensi dari lampu itu besar sekali. Hanya sayangnya, saat ini konsumsi di dalam negeri dari total 100 persen tadi produk di dalam negeri itu baru bisa mencapai 20 persen dan 80 persen masih impor. Tetapi itu periode dulu, kalau periode sekarang akan naik dari 20 persen,” terangnya.

Ia menjelaskan, produk lampu sangat dibutuhkan, karena bila lampu di rumah, di kantor mati, tidak mungkin diganti satu bulan ke depannya. Sehingga harus diganti saat itu juga agar ruangan bisa terang kembali.

Indonesia masih impor lampu dari China dan 85 persen lampu di dunia itu diproduksi di China. Karena perusahaan Amerika dan Jepang pun membuat lampu di China.

“Yang penting buat saya adalah bagaimana supaya dari yang 80 persen itu menurun dan berinvestasi membuat pabrik di Indonesia. Karena industri lampu itu adalah industri padat karya bukan pada teknologi. Karena menurut saya bikin lampu itu sangat sederhana sekali,” jelasnya.

Ia menegaskan, fenomena yang terjadi sekarang banyak dari perusahaan-perusahaan lampu sudah mulai berinvestasi di Indonesia.

John Manoppo menyampaikan, saat dia berkunjung ke China, selalu menyampaikan kepada para pengusaha China beberapa opsi. Opsi pertama, pengusaha China harus investasi 100 persen di Indonesia. Kedua, pengusaha China harus joint dengan produsen atau perusahaan dalam negeri Indonesia. Ketiga, brand perusahaan lampu China atau merek perusahaan lampu China harus dibuat di Indonesia.

Menurutnya, saat ini sudah ada tiga pabrik lampu yang akan berinvestasi di Indonesia, yaitu di Cilegon Banten, Semarang, Medan dengan menggunakan teknologi LED, remote dan bloototh.
“Jadi lampu ini benar-benar fenomenal dan makin lama makin berkembang,” ujarnya.

Menurut pemberitaan, lampu LED adalah teknologi penerangan yang paling sedikit mengkonsumsi energi sepanjang life-cycle-nya. Dengan demikian, teknologi lampu LED berpotensi besar untuk penghematan energi di sektor penerangan. Konsumsi energi paling besar sepanjang life-cycle terjadi pada saat tahap penggunaan.

Ketidakpastian yang paling besar dalam menentukan besar konsumsi energi sepanjang life-cycle adalah pada tahap manufacturing yang meliputi Primary Resources Acquisition, Raw Material Processing, dan Manufacturing/Assembly. Karena hal itulah besar konsumsi energi dinyatakan dalam suatu jangkauan tertentu.

Ditinjau dari dampak lingkungan, lampu LED adalah teknologi penerangan yang memiliki dampak lingkungan paling sedikit. Sehingga lampu LED adalah teknologi penerangan yang paling ramah lingkungan.

Selain itu, John Manoppo mengungkapkan bahwa rencana kerja APERLINDO tahun 2023 sejalan dengan Permen ESDM Nomor 135 mengenai standar energi minimum atau label atau untuk pemanfaatan energi lampu LED.

“Jadi asosiasi sekarang mendorong lampu LED untuk ramah lingkungan. Dan saya bilang tadi Permen ESDM Nomor 135 itu harus dilaksanakan pada Juli, yaitu harus mempunyai label-label bintang 1, 2, 3, 4, di situ efisiensi energinya,” pungkasnya. (Shiddiq)

Artikulli paraprakIkuti Kemeriahan The APNI 6th Birthday Ceremony, Diisi Gathering Jakarta CMO, Edukasi TOT, dan Tournament Golf   
Artikulli tjetërKhawatir Indonesia Jatuh Dalam Resesi Global, Bahlil: Jangan Sampai ke Tahun Politik