NIKEL.CO.ID – Kebutuhan nikel dunia akan terus mengalami peningkatan seiring dengan banyaknya masyarakat yang beralih dari kendaraan berbasis Bahan Bakar Minyak (BBM) ke kendaraan listrik.
Berdasarkan data yang dipaparkan Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana dalam Webinar ‘Mineral for Energy’, Jumat malam (10/09/2021), kebutuhan nikel untuk baterai kendaraan listrik akan naik 4 kali lipat pada 2030 mendatang.
Tahun 2020 kebutuhan nikel untuk baterai kendaraan listrik (EV) dan “power bank” raksasa alias Energy Storage System (ESS) mencapai 154 ribu ton. Kemudian, naik pada 2025 menjadi 372 ribu ton. Dan pada 2030 diperkirakan akan melonjak menjadi 795 ribu ton.
“Jadi inilah merupakan peluang yang harus kita segera manfaatkan, kita usahakan bisa diproses dengan baik,” ungkapnya.
Menurutnya, pemanfaatan nilai tambah pada nikel harus segera dilakukan. Hal ini dikarenakan teknologi bisa berubah, dan jika nikel sudah tidak dibutuhkan lagi untuk baterai, maka nikel hanya dimanfaatkan untuk stainless steel.
“Sebab teknologi bisa berubah. Kalau nikel tidak dipakai baterai lagi, maka dipakai untuk stainless steel,” lanjutnya.
Indonesia patut bersyukur karena dilimpahi sejumlah sumber daya energi dan tambang, termasuk nikel. Bahkan, “harta karun” nikel Indonesia merupakan terbesar dibandingkan negara lainnya. Indonesia memiliki cadangan logam nikel sebesar 72 juta ton Ni (nikel).
Jumlah cadangan tersebut merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni.
Data tersebut berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020 dalam booklet bertajuk “Peluang Investasi Nikel Indonesia” yang merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.
Sumber: CNBC Indonesia