NIKEL.COID – Dunia tengah bertransisi ke energi baru terbarukan (EBT). Di sektor transportasi kendaraan berbasis bahan bakar minyak (BBM) mulai ditinggalkan dengan beralih ke kendaraan listrik.
Indonesia bercita-cita menjadi bagian dari transisi ini, dengan menjadi raja baterai dengan membangun industri baterai. Karena baterai menjadi komponen paling berharga dalam kendaraan bermotor listrik.
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Agus Tjahjana Wirakusumah mengatakan komponen baterai mewakili 35% dari biaya produksi.
“Baterai kira-kira 35% dari biaya kendaraan. Kami melihat ini sesuatu yang bagus,” paparnya dalam Katadata Indonesia Data and Economic Conference 2021, Kamis, (25/03/2021).
Pada 2040 mendatang kira-kira 57%, imbuhnya, dunia beralih ke kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Dia berharap agar Indonesia tidak ketinggalan momentum ini.
“Kita harapkan Indonesia tidak diam saja, dan siapkan era itu jangan terlambat,” tegasnya.
Cadangan nikel Indonesia menjadi nomor satu dunia, sayang jika tidak dimanfaatkan untuk dibuat produksi baterai. Dengan sumber daya alam yang ada ini menjadi kesempatan emas bagi Indonesia.
“Nikel ini adalah nomor satu kalau gak dimanfaatkan kembali hanya buat stainless steel, ini kesempatan emas dan kita manfaatkan sumber daya alam kita,” paparnya.
Pembangunan ekosistem industri baterai listrik secara terintegrasi dari hulu sampai hilir bakal membutuhkan investasi mencapai US$ 13-17 miliar atau sekitar Rp 182 triliun-Rp 238 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per US$).
Selain investasi yang besar tantangan lainnya adalah teknologi baterai yang digunakan masih bergantung pada pemain global baterai dan OEM sebagai pembeli (offtaker), sementara Indonesia belum memiliki pengalaman memadai dalam membangun industri baterai listrik.
Sumber: CNBC Indonesia