

NIKEL.CO.ID, JAKARTA —Pemerintah berkomitmen untuk memperkuat transisi energi nasional dengan membentuk struktur organisasi baru dan merancang kebijakan strategis yang mendukung pergeseran menuju energi hijau.
Penegasan itu diungkapkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, dalam forum diskusi energi berkelanjutan yang juga membahas tindak lanjut dari pertemuan internasional sebelumnya mengenai transisi energi.
“Dalam forum sebelumnya disebut sebagai pertemuan energi hijau. Saya sudah berkomunikasi dengan pak kepala badan, dan menurut saya, alurnya sudah tepat. Kita sekarang mendetailkan hasil pertemuan tersebut dan mengintegrasikannya dengan rencana kita di dalam negeri,” ujar Dadan, di Kementerian ESDM, Selasa (6/5/2025).

Ia menjelaskan, Kementerian ESDM baru saja melakukan restrukturisasi organisasi dua minggu lalu yang sudah disetujui oleh Menteri ESDM. Langkah ini meliputi pembentukan dua entitas penting dalam mendukung percepatan transisi energi.
“Pertama, kita bentuk direktorat jenderal ketenagalistrikan strategis. Ini akan menjadi pusat dari upaya transisi energi, yang mencakup penyusunan regulasi, perencanaan proyek, hingga skema bisnis. Prinsip dasarnya, bagaimana transisi energi tetap menjaga agar perekonomian nasional berada dalam posisi maksimal,” katanya menerangkan.
Selain itu, Kementerian ESDM juga membentuk pusat strategis kebijakan energi yang bertugas melakukan evaluasi dari sisi makro terhadap kebijakan energi nasional. Lembaga ini akan mengkaji apakah kebijakan transisi energi mendorong pertumbuhan ekonomi atau justru menjadi beban.

“Kami balik pertanyaannya: transisi energi itu harus menjadi dorongan untuk pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan nasional,” imbuhnya.
Lelaki yang menjabat Sekjen Kementerian ESDM itu juga menekankan bahwa transisi energi bukan pekerjaan jangka pendek, melainkan pekerjaan jangka panjang yang memerlukan desain kebijakan yang komprehensif dan terstruktur dengan baik. Dan, tentu membutuhkan waktu, tidak bisa selesai dalam satu atau dua tahun.
Ia optimistis Indonesia akan berhasil mengembangkan energi terbarukan, khususnya biodiesel. Saat ini saja, negera kita menjadi negara terdepan dalam pemanfaatan biofuel.

“Saat kita memulai program biodiesel pada 2006, sekarang kita belajar sendiri karena belum ada contoh. Malaysia sudah lebih dulu dengan 5%, kita mulai dari 2,5%. Namun sejak 2015, kita menjadi pelopor, bahkan sekarang menjadi negara dengan pemanfaatan biodiesel terbesar di dunia. Ini berkat kerja keras dan kemampuan SDM nasional,” katanya.
Langkah progresif ini mencerminkan keseriusan Indonesia dalam menyambut era energi hijau dan menjadikan transisi energi sebagai peluang strategis untuk membangun ekonomi nasional yang berkelanjutan. (Shiddiq/R)