

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Indonesia saat ini mengalami krisis keterampilan teknik dasar yang justru menghambat implementasi program-program energi bersih di lapangan. Seorang direktur mengeluhkan betapa sulitnya mencari tenaga instalasi panel surya.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Prahoro Yulijanto Nurtjahyo, Ph.D., dalam acara Stakeholders Consultation bertajuk “Agenda Kebijakan Pengembangan SDM untuk Transisi Energi Menuju Emisi Nol Bersih 2060”, di Aula Sekar Jagad, Gedung BPSDM ESDM, Jakarta Selatan, Selasa (6/5/2025).
“Kita sering berbicara mengenai teknologi tinggi, padahal untuk urusan teknis dasar saja, seperti instalasi panel surya, kita masih kesulitan mencari tenaga kerja yang kompeten,” ujar Prahoro pada acara yang diselenggarakan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian ESDM itu.

Padahal, sambungnya, penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dalam mendukung agenda besar transisi energi dan industrialisasi nasional merupakan hal penting.
“Ini bukan soal high-tech. Ini soal tenaga kerja yang mampu bekerja di lapangan dengan kondisi fisik yang tidak mudah,” katanya menekankan.
Di samping itu, peraih gelar Ph.D. dalam bidang Teknik Kelautan dari Texas A&M University itu juga menyoroti tantangan besar dalam pelaksanaan proyek jaringan gas rumah tangga (jargas), yang terhambat karena kekurangan tenaga penyambung pipa.

“Mencari tenaga kerja untuk menyambung pipa di bawah terik matahari itu tidak mudah. Ini menunjukkan betapa gentingnya persoalan supply chain SDM kita,” tuturnya prihatin.
Data pendidikan tenaga kerja di Indonesia saat ini, katanya lebih lanjut, sangat mengkhawatirkan. Dari total sekitar 150 juta angkatan kerja, 80 juta di antaranya hanya lulusan SMP, 40 juta lulusan SMA, dan hanya sekitar 10–13 juta yang merupakan lulusan perguruan tinggi.
“Ini adalah realita yang harus kita hadapi. Kita sering membuat program besar, tapi lupa bertanya: siapa yang akan mengerjakannya?” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, kepala badan yang bertugas menyelenggarakan pengembangan SDM di bidang minyak dan gas bumi, ketenagalistrikan, minerba, energi baru, energi terbarukan, konservasi energi, dan geologi itu mengajak semua pemangku kepentingan untuk memfokuskan perhatian pada lima isu utama:
- Penguatan pelatihan dan pendidikan vokasi;
- Transformasi SDM di sektor energi dan mineral;
- Penguatan kemitraan lintas sektor antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat;
- Peningkatan akses serta skema pembiayaan pendidikan dan pelatihan SDM; dan
- Investasi jangka panjang dalam pengembangan SDM sebagai pondasi masa depan energi Indonesia.
“Kalau kita tidak pernah berinvestasi dalam pengembangan SDM, jangan pernah berharap akan panen. Investasi SDM ini memang tidak selalu tampak, tapi dampaknya sangat besar dan menentukan,” pungkasnya. (Shiddiq/Rus)