Beranda Nikel Menteri BUMN: Hilirisasi dan Industrialisasi, Kunci Masa Depan Ekonomi Indonesia

Menteri BUMN: Hilirisasi dan Industrialisasi, Kunci Masa Depan Ekonomi Indonesia

710
0
Menteri BUMN Erick Thohir

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah Indonesia terus menggenjot hilirisasi dan industrialisasi untuk menciptakan nilai tambah ekonomi yang lebih besar sekaligus meningkatkan daya saing bangsa. Menteri BUMN, Erick Thohir, dalam sebuah wawancaranya baru-baru ini di Jakarta, menjelaskan bahwa salah satu fokus utama kebijakan ekonomi ke depan adalah mempercepat hilirisasi sumber daya alam agar dapat memicu industrialisasi yang lebih signifikan di dalam negeri.

Erick Thohir menekankan pentingnya pengembangan ekosistem hilir yang melibatkan berbagai sektor, baik itu BUMN, swasta, maupun investor internasional.

“Kami di BUMN tidak berdiri sendiri. Oleh karena itu, kami membuka kemitraan strategis dengan berbagai pihak, seperti PT Vale Indonesia, Volkswagen, Ford, dan Aneka Tambang (Antam), untuk memajukan hilirisasi, terutama dalam produksi baterai. Kami menargetkan pada 2027, Indonesia sudah bisa memproduksi baterai sendiri,” ujarnya.

Langkah ini, menurut dia, bukan hanya soal pengolahan bahan mentah, melainkan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung industrialisasi berkelanjutan. Pemerintah juga mendorong kebijakan yang dapat mempercepat implementasi hilirisasi ini agar tidak sekadar wacana.

Salah satu contoh sukses hilirisasi adalah alumina yang diproduksi Antam, yang dijadwalkan akan siap pada 2025. Selain itu, PT Freeport Indonesia juga akan mulai memproduksi produk hilir, Juni 2025 mendatang.

Namun, dia menyadari, untuk mencapai tujuan ini, maka konsolidasi antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta harus lebih solid.

“Kita harus menjadi agregator dari semua stakeholder. Jika kita tidak bisa memimpin, maka sektor swasta akan mengurangi kontribusinya,” tegasnya.

Namun, proses hilirisasi ini tidak selalu mulus. Ia juga mengungkapkan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan kemajuan teknologi dan inovasi di Indonesia. Salah satu contohnya, rencana akuisisi perusahaan mobil Eropa yang sempat terkendala karena isu yang beredar di media mengenai dugaan korupsi.

“Belum berjalan saja sudah ada pemberitaan negatif. Itu menghambat niat baik untuk maju,” keluhnya.

Meskipun begitu, ia tetap optimistis bahwa tantangan-tantangan tersebut justru menjadi bagian dari proses menuju Indonesia yang lebih kuat dan berdaya saing.

Erick juga menyoroti keberhasilan program VinVast yang didukung pemerintah Vietnam, yang saat ini malahan sudah beroperasi sebagai taksi di Indonesia.

“Ini adalah contoh nyata bahwa dengan dukungan yang tepat, hilirisasi dan industrialisasi bisa terwujud,” ujarnya.

Ke depan, hilirisasi dan industrialisasi harus menjadi prioritas Indonesia untuk meningkatkan produktivitas dan memperkuat fondasi ekonomi. Sebagai negara dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam industri global, asal mampu memaksimalkan nilai tambah dan memperkuat ekosistem hilir yang ada. Dia mengingatkan bahwa semua pihak harus bekerja bersama untuk mewujudkan visi besar ini.

“Jika kita serius dalam hilirisasi, kita harus bersinergi dengan baik, karena ini bukan hanya soal wacana, tapi soal masa depan ekonomi Indonesia,” tutupnya. (Shiddiq)