Beranda Korporasi Rencana Pangkas Kuota Nikel Menyulut Kenaikan Harga dan Penguatan Saham Nikel

Rencana Pangkas Kuota Nikel Menyulut Kenaikan Harga dan Penguatan Saham Nikel

954
0
Brand Manager JUC Sekuritas Solo, Robin Hariadi, Selasa (14/1/2025)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Rencana pemerintah Indonesia untuk membatasi kuota produksi bijih nikel pada 2025 memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan pasar, khususnya saham-saham perusahaan yang berbasis nikel.

Indonesia, yang merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia, berharap kebijakan ini dapat mengurangi penurunan harga komoditas yang telah terjadi dalam beberapa waktu terakhir.

Brand Manager JUC Sekuritas Solo, Robin Hariadi, mengungkapkan, pasar selalu melihat ke depan (forward looking) dan berharap pembatasan produksi nikel ini akan mendorong kenaikan harga nikel dunia.

“Dengan pembatasan ini, harga nikel dunia diharapkan naik, sehingga emiten yang bergerak di sektor nikel bisa mendapatkan keuntungan. Kenaikan harga ini otomatis akan meningkatkan profit perusahaan dan membuat pasar lebih positif, termasuk saham-saham berbasis nikel,” jelas Robin dalam tayangan IDX 2nd Clossing, IDX Channel, Selasa (15/1/2025).

Pergerakan saham berbasis nikel pun menunjukkan respons positif. Misalnya, saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO), yang tercatat mengalami penguatan signifikan sebesar 7,29% pada penutupan hari ini di level 3.680.

Menurutnya, jika saham INCO dapat melewati level 3.750, maka harga bisa melanjutkan kenaikan menuju 3.990.

“Namun, jika terjadi koreksi, level support terdekat berada di sekitar 3.583,” ujarnya.

Selain INCO, dia menjelaskan, saham-saham lain yang berbasis nikel, baik yang termasuk kategori blue chip maupun second liner, turut menunjukkan pergerakan yang cukup liar. Fenomena ini, menurut Robin, mirip dengan reaksi pasar terhadap kebijakan CPO B40 beberapa waktu lalu, yang juga mengakibatkan kenaikan saham-saham terkait.

Meskipun kebijakan pembatasan kuota produksi nikel ini masih dalam tahap rencana, ekspektasi pasar dan investor terhadap kebijakan tersebut sangat tinggi. Pembatasan produksi ini diharapkan dapat menyeimbangkan pasokan dan permintaan, yang pada gilirannya dapat memperbaiki harga nikel yang sebelumnya sempat tertekan.

Seiring dengan optimisme ini, para investor yang berfokus pada saham berbasis nikel cenderung melihat potensi keuntungan jangka pendek yang cukup besar, sehingga saham-saham tersebut pun menunjukkan penguatan yang signifikan di pasar saham.

Dengan segala dinamika yang ada, kebijakan pembatasan kuota nikel Indonesia 2025 berpotensi menjadi katalis positif bagi sektor nikel dan pasar saham Indonesia secara keseluruhan. (Shiddiq)