
NIKEL.CO.ID, 31 MEI 2023-Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Iklim Usaha dan Investasi Andi Rizal menerangkan arah kebijakan pembangunan industri nasional.
Pertama dengan kebijakan pembangunan industri dengan rencana induk pembangunan industri nasional (RIPIN) tahun 2015-2035 yang ditetapkan melalui PP no.14 tahun 2035.
“Visi dari kebijakan pembangunan industri yaitu menjadi negara industri tangguhyang bercirikan sruktur industri nasional yiang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan.
Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global dan ndustri yang berbasis inovasi dan teknologi,” ungkap Andi Rizal saat menjadi pembicara dalam International Nickle & Cobalt Industri Chain Summit 2023, yang diselenggarkan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) dan Shanghai Metal Market (SMM) di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (30/5/2023).
Selain visi, ia juga menyampaikan misi yaitu meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional. Memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional.
Meningkatkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta Industri Hijau. Menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat.
“Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja. Meningkatkan persebaran pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional dan meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan,” terangnya.
Adapun tahapan implementasi RIPIN 2015-2035, terbagi menjadi 3 tahapan, pertama tahun 2015-2019 yaitu dengan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam pada industri hulu bebasis agro, mineral dan migas.
Tahap kedua, tahun 2020-2024 yaitu mencapai keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan melalui penguatan struktur industri dan penguasaan teknologi serta didukung oleh SDM yang berkualitas.
Tahap ketiga tahun 2025-2035 ialah dengan menjadikan Indonesia sebagai negara industri tangguh yang mencirikan struktur industri nasional yang kuat dan dalam, berdaya saing tinggi di tingkat global serta berbasis teknologi dan inovasi.
“Penahapan pembangunan indsutri prioritas sejaln dengan tahapan pembangunan industri dalam RPJPN 2005-2025.
Membangun industri nasional dan 10 kelompok industri prioritas. pertama industri andalan yaitu industri prioritas yang berperan besar sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian di masa yang akan datang. Memiliki keunggulan komparatif berupa potensi sumber daya alam serta keunggulan kompetitif yang mengandalkan sumber daya manusia yang berpengetahuan dan tampil dibekali penguasaan IPTEK.
Industri pendukung, yaitu industri prioritas yang berperan sebagai faktor pemungkin (enabler) bagi pengembangan industri andalan secara efektif, efisien, integratif dan komprehensif.
Industri hulu, industri prioritas yang bersifat sebagai basis industri manufaktur yang menghasilkan bahan baku yang dapat disertai perbaikan spesifikasi tertentu yang digunakan untuk indstri hilirnya.
Visi dan misi pembanguna industri nasional pertama yaitu industri andalan yang meliputi industri pangan, industri kosmetik, farmasi dan alat kesehatan.
Industri tekstil, kulit, alas kaki dan aneka. Industri alat transportasi. industri elektronika dan telematika atau ICT juga industri pembangkit energi.
Industri pendukung yang meliputi industri barang modal, komponen, bahan penolong, dan jasa industri.
Industri hulu yang meliputi industri hulu agro. industri logam dasar dan bahan galian bukan logam. industri kimia dasar berbasis migas dan batubara.
Adapun modal dasar meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia. teknologi, inovasi, dan kreatifitas potensi. pasar dalam negeri.
“Prasyarat yaitu infrastruktur, kebijakan regulasi dan pembiayaan,” katanya.
Hilirisasi industri dalam RIPIN 2015-2035sebagaimana arah kebijakan RIPIN 2015 – 2035, terdapat bangun industri yang mencakup 10 industri prioritas dimana untuk hilirisasi difokuskan pada industri hulu yaitu: Industri Hulu Agro; Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam; Industri migas dan batubara. Beberapa contoh yaitu fokus hilirisasi industri hulu agromeliputiKelapa Sawit, Rumput Laut dan lain lain.
Jenis Industrinya sepertioleofood complex, oleochemical dan biomaterial complex, bahan bakar nabati berbasis sawit. Ransum, konsentrat, suplemen dan pakan ternak
Program pengembangan, penyusunan standar bahan baku dan produk intermediate hilir sawit Pemberian fasilitas fiskal untuk industri bioenergi dan kemurgi.Program pengembangan industri bahan baku dan bahan penolong bagi industri pakan ternak.
Fokus hilirisasi industri logam dasar dan bahan galian bukan logam meliputi nikel, besi baja, bauksit, tembaga, silika, aspal buton, ilmenit dan granit. Adapun jenis industrinya adalah Nickel Metal, Cobalt Metal, MHP.
“Seamless pipe, CRC,HRC, Ferro Alloy. Lalu copper powder, copper wire, copper rod. Dan berikutnya adalah smelter grade alumina, dan primary aluminium ingot,” terangnya.
Program Pengembangan, pertamamemfasilitasi pembangunan pabrik baja, alloy steel, logam, nikel. Kedua, memfasilitasi perluasan dan investasi baru industri intermediate logam dasar besi serta Industri intermediate logam dasar bukan besi. Dan yang ketiga memfasilitasi ketersediaan bahan baku, bahan penunjang industri dan energi.
Fokus Hilirisasi Industri Migas dan Batubara yaitu petrokimia dan pupuk. Adapun jenis Industri yaituOlefin, aromatic.
Metanol, Dimetil eter. Pupuk tunggal (basis nitrogen, fosfat, kalium).
Program Pengembangan dengan memfasilitasi pendirian pabrik petrokimia hulu dengan bahan baku gas dan batubara. Memfasilitasi pengembangan produk aromatik. Mendorong pengembangan industri intermediate untuk bahan baku industri pupuk. Memfasilitasi pendirian industri resin sintetik dan bahan plastik.
Manfaat hilirisasi industri dijelaskan Andi Rizal yaitu menghasilkan nilai tambah, memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan kerja dan memberikan peluang usaha. Industri berbasis migas dan batubara meliputi pupuk dan petrokimia.
Fokus hilirisasi industri yaitu industri hilir kelapa sawit, kakao, rumput laut dan karet. Industri berbasis bahan tambang mineral yaitu industri baja, alumunium, nikel dan tembaga.
“Hilirisasi SDA adalah strategi untuk meningkatkan nilai tambah SDA yang dimiliki oleh suatu negara sehingga SDA yang diekspor tidak lagi berwujud bahan baku/ mentah tetapi sudah menjadi barang setengah jadi/barang jadi,” tuturnya.(Lili Handayani)