
NIKEL.CO.ID, 31 MEI 2013 – Strategi Komoditas Macquarie Bank Ltd, cabang London, Jim Lennon menyebutkan ada dua faktor yang timbul dari peran Indonesia dalam memenuhi permintaan nikel yang melonjak yaitu peluang dan tantangan.
Hal ini disampaikan Jim Lennon ketika menyampaikan materi dihadapan para pengusaha dalam acara “Indonesia – International nickel and Cobalt industry chain summit – The New Ecology of nickel and Cobalt industry under globalization” yang diadakan oleh Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) bekerja sama dengan Shanghai Metals Market (SMM).
“Ini adalah salah satu periode yang unik dipertambangan nikel, dimana kita bisa melihat ada dua tantangan dan peluang. Peluang ini sendiri adalah suplai itu mencukupi untuk pasar dan tantangan yang kita melihat salah satu perusahaan yang dominan. Kita bisa melihat suplai itu tidak mencukupi untuk pasar, dan kemudian disini kita melihat salah satu dominasi dari suplai nikel,” kata Jim Lennon di Shangrilla Ballroom, Shangrilla hotel, Jakarta, Rabu (31/5/2023).
Menurutnya, dalam perdagangan komoditi nikel dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, namun tahun ini melonjak tajam.
“2022 itu kita menjadi sebuah sejarah di pasar nikel karena adanya surplus. Harga nikel itu muncul diperdagangan dengan banyak dan juga surplus ketujuh, karena adanya peningkatan yang amat sangat tinggi di stock,” ujarnya.
Dia menjelaskan, bila dilihat dari beragam komoditi nikel ada perbedaan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan nikel turunan lainnya.
kemudian kita melihat ada perbedaan harga dari kehidupan nikel. Hal ini bisa dilihat dari harga-harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan nikel yang lainnya.
“Ini memberikan indeks di dalamnya yang kita punya hanya sekitar 20 – 30 persen nikel diproduksi hari ini, itu masuk kedalam pasar bursa Shanghai,” jelasnya.
Jim Lennon juga menuturkan, dalam lima tahun terakhir, ekspor bijih mentah nikel Indonesia semakin rendah membuat para konsumer yang bergantung dari satu sumber suplai Indonesia, baik pemerintah maupun perusahaan dari berbagai negara membicarakan tentang antisipasi suplai energi penting. Sehingga Indonesia menjadi pemberitaan yang buruk di dunia terutama tentang pertambangan dan hutan.
“Dan beberapa isu itu tidak benar dan kita melihat kemarin, dari Pak Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan bahwa itu adalah fokusnya. Menurut saya komunikasi dari ESG (Environment, Social, Governance) itu adalah salah satu fokus penting,” tuturnya.
Dia melanjutkan, dengan fokus pada ESG dan komunitas maka dapat mendorongnya seperti pemerintah di Afrika Utara untuk berinvestasi terhadap suplainya dan memberikan referensi tentang subsidi terhadap suplai lokal.
“Kita juga melihat perbedaan dalam harga yang muncul ditiap-tiap wilayah untuk produk baterai terutama untuk nikel sulfat dan produk-produk lainnya,” lanjutnya.
Jim Lennon juga memaparkan, suplai nikel bila dilihat dari tahun 2019 menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang sangat tinggi jauh dari tahun sebelumnya.
“Soft suplai global itu naik sampai 17 persen per tahun dan ada sekitar 454 ton dan semua pertumbuhan dari suplai itu datang dari dua perusahaan, Indonesia dan China. Sedangkan peningkatan suplai dari China itu hampir seluruhnya digerakkan pemiliknya yang datang dari Indonesia untuk diproses menjadi akhir nikel,” paparnya.
Lebih lanjut, dia menerangkan, terkait pertumbuhan pasokan dunia dalam beberapa tahun terakhir sangat kuat karena Indonesia. Tahun lalu melihat pertumbuhan pasokan terbesar setiap tahun baik dalam level (+454kt) dan dalam persen (+17% YoY). Sebagian besar pertumbuhan pasokan China berasal dari perantara yang bersumber dari Indonesia (matte/MHP).
“Kelebihan pasokan nikel muncul terutama pada nikel pig iron/feronikel karena penurunan produksi baja nirkarat global sebesar 5% YoY pada tahun 2022 disertai dengan pertumbuhan produksi gabungan NPI/FeNi sebesar 14%,” terangnya.
Jim Lennon juga mengungkapkan, nikel memberikan kontribusi besar bagi pendapatan ekspor Indonesia, kini seluruhnya dalam produk bernilai tambah.
Total kapasitas yang direncanakan di Indonesia sekarang lebih dari 5mtpa vs. produksi dunia sebesar 3,1mt pada tahun 2022
Dia juga mengidentifikasi lebih dari 5mtpa produk nikel Indonesia yang sedang diproduksi, sedang dibangun atau direncanakan. Tidak semua nikel ini dibutuhkan dalam skenario permintaan Eropa dan Amerika Serikat.
Pada saat yang sama, politisi dan pembuat mobil di Eropa dan AS menuntut “lokalisasi” dan diversifikasi sumber pasokan Kekhawatiran tentang Indonesia dari perspektif ESG
“Produksi Indonesia yang mencapai lebih dari 75% pasokan global pada tahun 2029 – 2022 adalah tahun pertumbuhan yang sangat besar, sebagian karena mengejar ketertinggalan setelah kerugian terkait Covid pada tahun 2021 sebesar 100kt+,” pungkasnya. (Shiddiq)