Beranda Berita Nasional INTIP TARGET PENGEMBANGAN 1 JUTA MOBIL LISTRIK DI INDONESIA

INTIP TARGET PENGEMBANGAN 1 JUTA MOBIL LISTRIK DI INDONESIA

1172
0

Pemerintah Indonesia siap memproduksi skala besar kendaraan berteknologi tinggi electric vehicle. Selain ramah lingkungan, kendaraan jenis ini efisien penggunaan bahan bakar. Bagaimana realisasinya?

Konon, teknologi electric vehicle (EV) sudah hadir sejak akhir abad ke-19. Namun, eksistensi teknologi ini terbilang kalah dengan mesin bahan bakar minyak. Teknologi EV mulai berkembang seiring hadirnya regulasi kendaraan yang berfokus kepada emisi gas buang dan efisiensi.

Electric vehicle merupakan sebuah kendaraan dengan sumber listrik. Untuk mendapatkan tenaga, EV perlu dilakukan pengisian daya kepada battery yang terpasang di dalam kendaraan. Seiring perkembangan teknologi, EV dikembangkan oleh beberapa produsen, salah satunya Tesla. EV memiliki tingkat keramahan lingkungan yang sangat baik, karena tidak adanya gas buang yang keluar dari mesin.

Pemerintah Indonesia pun menangkap peluang trend penggunaan kendaraan konvensional berbahan bakar minyak ke teknologi EV.

Taufik Bawazier, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian RI mengatakan, Pemerintah Indonesia sudah menyelesaikan regulasi adanya wacana hingga realisasi mengenai electric vehicle.

“Regulasinya sudah selesai dari tahun 2020,” kata Taufik Bawazier di Jakarta, baru-baru ini.

Taufik menyebutkan, regulasi tersebut mencakup mulai dari optimalisasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), battery dan sell-nya, management system, dan materialnya, sudah dilakukan pemetaan hingga 2030.

“Charging system-nya sesuai lintas kementerian. Jadi, tugas Kementerian ESDM, PLN, serta BUMN menyebarkan dari stasiun pengisian kendaraan listrik ke beberapa titik. Kami dari Kementerian Perindustrian terus mendorong optimalisasi TKDN dalam pengadaan barang dan jasa, apabila elektrik motor dan konvertel sudah ada di Indonesia. Ini benar-benar memiliki nilai tambah dan kekuatan besar bagi kami, jika kita pikirkan dalam jangka waktu yang panjang. Secara mapping, Kementerian Perindustriah sudah sangat siap, dengan harapan Pemerintah Indonesia men-support dalam charging system serta kelengkapan lainnya,” papar Taufik.

Menurutnya, sesuai rencana, pada 2025 Pemerintah Indonesia menargetkan pemakaian mobil listrik mencapai 400.000. Dari pencapaian target itu, Indonesia bisa menekan impor 5 juta barel minyak, dan mengurangi 1,4 juta ton karbondioksida (CO2).

“Jadi, inilah kelebihan atau keuntungan yang kita punya, apabila program ini betul-betul terealisasi,” pungkas Taufik.

Ia melanjutkan, pada 2030 Pemerintah Indonesia menargetkan pemakaian mobil listrik mencapai 600.000 unit, dan di 2035 naik lagi sekitar 1 juta unit.
Untuk kendaraan sepeda motor listrik, lanjutnya, Pemerintah Indonesia menargetkan 1,76 juta di 2035, sehingga bisa mengurangi impor minyak sebesar 2,2 juta barel, dan menekan 0,8 juta ton CO2.

Taufik optimis, program ini akan didukung Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP).

“Dari segi kepemerintahan, sudah siap dan cukup kuat secara management system, namun fokus selanjutnya adalah bagaimana memiliki target pemasaran yang harus dibantu oleh pemerintah terkait,” imbuhnya.

Taufik menambahkan, pemerintah juga sudah set-up pengadan mobil listrik dan motor listrik untuk dosen, guru, dan instansi-instansi pemerintah lainnya. Jadi, realisasi dari program benar-benar akan dimulai dari pemerintah sendiri, dengan dukungan secara langsung. Harapan dukungan penuh juga dari sisi government expenditure. Sehingga, satu-satunya yang menjadi tantangan dalam program ini hanyalah produksi di Indonesia yang harus matang dan punya kekuatan marketing handal.

“Oleh sebab itu, dari well ke will harus seimbang, dengan visi dan misi ramah lingkungan, yaitu bagaimana caranya agar produksi tersebut tidak menghabiskan fosil. Hal ini, nantinya berkaitan dengan Kementrian ESDM dan PLN,” paparnya.

Selain itu, masih menurut Taufik, Pemerintah Indonesia dan pihak terkait, harus juga memikirkan kemungkinan negara-negara lain yang tidak punya SDM, justru mereka akan memikirkan bagaimana bisa menghasilkan battery berkualitas tinggi dan bisa bersaing secara internasional. Indonesia sendiri hingga saat ini masih bergantung dengan lithium dari Australia, China, dan Chilli.

“Dari invesment battery, Indonesia sudah punya industri yang bisa supply bahan baku dari Panasonic, LG, dan perusahaan lainnya,” ujarnya.

Menyoal pemasaran mobil dan motor listrik, Drs Nanan Soekarna, Advisor Ikatan Motor Indonesia (IMI) berpendapat, pihak–pihak terkait harus memiliki kecerdasan dalam konteks merebut pasar. Referensinya adalah Indonesia sebagai referensi murni.

Nanan menyarakan agar Pemerintah Indonesia ketika ingin membangun industri mobil dan motor listrik bukan hanya dari objeknya saja, melainkan harus bangun dari SDM-nya. Tentunya disesuaikan dengan pemahaman-pemahaman yang tepat, dan pemberian edukasi kepada masyarakat atau terhadap customer.

“Mewakili konsumen sebagai komunitas pengguna mobil listrik, saya sangat senang dengan pemerintah sudah memiliki kebijakan sejauh itu, dan sudah siap. Saya juga bangga kepada industri pertambangan yang sudah siap dari hulu ke hilir untuk memberdayakan semuanya secara berkesinambungan,” tutur Nanan.

Charging stations 147 spots 22 locations

Terobosan Pemerintah Indonesia dalam merealisasikan penyediaan EV tidak bertepuk sebelah tangan. PT Hyundai Motors Indonesia ternyata telah fasilitas pendukung mobil dan motor listrik. Makmur, Chief Operating System PT Hyundai Motors Indonesia mengatakan, fasilitas pendukung yang sudah ada seperti charging portable dan charging wall 7,2 kilowatt untuk waktu pengisian bahan bakar listrik hanya 6 jam.

Ia menjelaskan, kapasitas kendaraan di atas 300 kilo per hari, perbandingannya 10 persen sama dengan 100 kilo. Kendaraan listrik dengan travel management, yaitu persediaan pengisian daya yang didukung dengan infrastruktur dari pemerintah, maka pihak Hyundai Motors Indonesia memberi kontribusi kepada pemerintah dan konsumen, misalnya untuk jarak tempuh dari Jakarta-Bali, sudah ada beberapa titik yang memiliki charging station.

“Untuk jarak tempuh 300 kilo seperti Jakarta-Tegal, sudah dibangun dari Banten sampai Bali. Sudah ada delapan charging station di resting area,” bilang Makmur.

Dukungan untuk pemerintah, juga datang dari Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI). Meidy Katrin Lengkey, Sekjen APNI mengatakan, apapun yang terjadi industri hilir tidak akan berjalan sempurna tanpa adanya dukungan dari hulunya.

“Kami dari APNI membawa sekitar 310 industri pertambangan nikel di Indonesia. Menurut data kami, di tahun 2025 akan terbangun sekitar 98 hingga 105 perusahan industri hilir nikel di Indonesia,” kata Meidy.

Sepengetahuan Meidy, Kementrian investasi juga sangat mendorong LG bergabung dan bekerja sama dengan Indonesia. Ini adalah pintu untuk membuka dan mengundang investor-investor besar lainnya untuk bergabung dengan APNI.

“Karena Hyundai dan LG sudah masuk, kami menunggu dari Eropa dan Jepang untuk segera membangun industri hilir di Indonesia. sudah waktunya Indonesia memegang pioneer dunia,” kata Meidy optimis.

Menurut Meidy, jika melihat unsur teknologi yang digunakan oleh electric vehicle, pemerintah memang harus mendukung ekosistem antara hulu dan hilir. Jadi, semua aspek dalam pertambangan hulu ke hilir dapat terpakai dan tersalur dengan baik.

Lebih jauh Meidy mengatakan, Hyundai ikut bekerjasama dalam groundbreaking pabrik LG untuk pengembangan electrical vehicle di Indonesia, dengan harapan produsen otomotif dunia datang dan melirik indonesia, dan dapat membuat industri di Indonesia. Mereka nantinya membangun industri sendiri seperti Porche, Tesla, dan produsen otomotif dunia lainnya.

“Indonesia harus bangga karena memiliki industri hulunya, dan kita menjadi penguasa dunia untuk produk industri hilir nikel,” pungkas Meidy.

Mewakili penambang nikel, Meidy juga mempunyai harapan, bukan tidak mungkin nantinya sebagai penambang di industri akan menggunakan electric vehicle untuk alat-alat berat, seperti dump truck.

“Karena ini berbicara renewable energy dan eco green, maka ketika berbicara lingkungan, otomatis semua itu akan mengefisienkan cost serta dampak posotif lainnya,” kata Meidy seraya berharap program electric vehicle segera direalisasikan Pemerintah Indonesia, dan tentunya didukung pihak-pihak terkait, tak terkecuali masyarakat Indonesia. (admin)