Beranda Tambang Estimasi Umur Cadangan Nikel jika Tidak Dilakukan Eksplorasi Lanjutan

Estimasi Umur Cadangan Nikel jika Tidak Dilakukan Eksplorasi Lanjutan

1193
0
Inspektur Tambang, Direktorat Teknik dan Lingkungan, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Dony P. Simorangkir

NIKEL.CO.ID, 21 Oktober 2022-Indonesia memang dianugerahi sumber daya dan cadangan nikel melimpah, bahkan terbesar di dunia. Data USGS Januari 2020 menyebutkan kandungan nikel di Indonesia sekitar 11,7 miliar ton dan cadangan 3,5 miliar ton. Bagaimana ketahanan dan umur cadangan nikel di Indonesia?

Berdasarkan data Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI),  data terukur cadangan nikel Indonesia sebesar 4,6 miliar ton, terdiri dari cadangan saprolit 900 miliar ton dan limonit 3,7 miliar ton.

Sekretaris Umum APNI, Meidy Katrin Lengkey memperkirakan, jika melihat perkembangan pabrik pirometalurgi yang begitu masif saat ini, ketahanan cadangan nikel untuk pabrik yang mengolah nikel saprolit ini antara 7 sampai 8 tahun.

Berdasarkan sebaran pabrik olahan nikel yang diterima APNI dari provinsi, sudah ada 42 badan usaha  yang beroperasi mengolah nikel. Yang sudah melakukan tahap konstruksi 35 badan usaha, tahap perencanaan 59 badan usaha.  Jumlahnya 136 badan usaha.

“Jika semua badan usaha pengolahan nikel itu sudah berproduksi, diperkirakan membutuhkan input bijih nikel lebih dari 400 juta ton per tahun. Apakah cadangan nikel kita mencukupi? Bisa saja umur cadangan nikel semakin berkurang, di bawah 7 tahun,” kata Meidy Katrin Lengkey.

Inspektur Tambang, Direktorat Teknik dan Lingkungan, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Dony P Simorangkir mengatakan, bijih nikel saprolit, limonit, dan kandungan lainnya sudah diestimasi serta dikalkulasi jumlahnya. Pun pendataan tersebut berdasarkan data Badan Geologi 2021. Tahun ini, Kementerian ESDM sudah membuat Grand Staregy Minerba untuk pendataan sumber daya dan cadangan minerba untuk lima tahun ke depan.

Berdasarkan Badan Geologi 2021, Sumberdaya dan cadangan nikel limonit Indonesia yang tereka  untuk bijih sebesar 1.522.797.061 wmt dan logam 13.143.292 wmt.  Tertunjuk untuk bijih 717.765.872 wmt dan logam 6.692.254 wmt. Terukur untuk bijih 412.998.014 wmt dan logam 4.138.170 wmt.

Saprolit, berdasarkan hipotetik untuk bijih sebanyak 260.000 wmt. Tereka untuk bijih 1.685.454.371 wmt  dan logam 19.440.510 wmt. Tertunjuk untuk bijih 722.818.333 wmt dan logam 9.101.446 wmt, klasifikasi terukur untuk bijih 714.219.090 wmt dan logam 8.669.315 wmt.

Sementara kandungan lainnya, berdasarkan hipotetik untuk bijih 219.673.464 wmt dan logam 2.082.743 wmt. Tereka untuk bijih 5.347.999.134 wmt dan logam 59.169.444 wmt. Tertunjuk untuk bijih 4.131.024.190 wmt dan logam 35.309.972 wmt.  Kemudian yang terukur untuk bijih 2.430.673.441 wmt dan logam 22.150.200 wmt.

Selanjutnya di cadangan untuk limonit, yang terkira untuk bijih 515.052.457 wmt dan logam 4.497.360 wmt. Sedangkan yang terbukti untuk bijih 100.190.020 wmt dan logam 1.033.081 wmt.

Cadangan saprolit, yang terkira untuk bijih 635.827.492 wmt dan logam 7.667.582 wmt. Cadangan terbukti untuk bijih 341.522.226 wmt dan logam 4.287.730 wmt.

Cadangan kandungan lainnya yang terkira untuk bijih 2.592.749.585 wmt dan logam 28.830.804 wmt. Sementara yang terbukti untuk bijih 1.058.196.639 wmt dan logam 10.795.405 wmt.

“Kandungan lainnya merupakan kelompok yang datanya yang tidak menyertakan tipe material bijih nikel,” jelas Dony yang juga sebagai Koordinator Konservasi Mineral dan Batubara.

Dony melanjutkan, total sumber daya nikel tahun 2016 sebesar 81 juta ton dan cadangan 49 juta ton. Di 2017 total sumber daya 92 juta ton dan cadangan 62 juta ton. Tahun 2018 sumber daya 125 juta ton dan cadangan 77 juta ton. Tahun 2019 sumber daya 170 juta ton dan cadangan 72 juta ton. Sedangkan di 2020 sumber daya nikel sebanyak 143 juta ton dan cadangan 49 juta ton.

“Untuk kobalt tahun 2016 sumber dayanya  4,3 juta ton dan cadangan 0,5 juta ton. Tahun 2017 sumber daya 5,1 juta ton dan cadangan 1,1 juta ton. Tahun 2018 sumber daya 5,2 juta ton dan cadangan 0,7 juta ton. Tahun 2019 sumber daya 4,2 juta ton dan cadangan 1,1 juta ton. Kemudian di 2020 sumber daya 3,6 juta ton dan cadangan 0,4 juta ton,” paparnya.

Ia juga menyampaikan estimasi umur cadangan dari pirometalurgi yang memproduksi bijih nikel berkadar di atas 1,5% dan 1,7% menjadi produk olahan nickel matte, NPI, dan FeNi. Diperkirakan umur cadangannya  sekitar 10 tahun atau hingga 2031.

“Namun, jumlah cadangan dapat bertambah jika adanya eksplorasi lanjutan,” imbuhnya.

Sementara estimasi pabrik hidrometalurgi  yang mengolah nikel kadar di bawah 1,5% untuk menghasilkan produk MHP, MSP, dan NiOH sekitar 34 tahun atau hingga 2082.

Dony menambahkan, terkait penyusunan data sumber daya dan cadangan minerba tahun 2022, penting dilakukan penerapan standar dalam klasifikasi sumberdaya dan cadangan. Serta pentingnya ada kode pelaporan hasil estimasi sumberdaya dan cadangan.

“Kenapa penting, kita selalu bicara sumberdaya dan cadangan yang besar. Tetapi, jika melihat total sumberdaya dan cadangan nikel secara terus menerus diproduksi, maka akan habis juga. Karena itu, harus dilakukan eksplorasi berkelanjutan, tentunya dengan didukung best mining practice dan menerapkan good mining practice,” kata Dony.

Terkait eksplorasi lanjutan, Meidy Katrin Lengkey mengungkapkan, sebelum ada SK Pencabutan pemerintah terhadap 2.0788 IUP, jumlah IUP Nikel sebanyak 338 izin. Setelah ada pencabutan, tersisa 126 IUP Nikel.

Meidy Katrin Lengkey pun mengkhawatirkan keberadaan badan usaha pertambangan di hulu yang jumlahnya semakin menciut akan mengganggu supply chain bijih nikel ke industri pengolahan yang jumlahnya semakin masif. (Syarif)

Artikulli paraprakPUSHEP Imbau Pemerintah lebih Kencang Maksimalkan Nilai Tambah Nikel
Artikulli tjetërBanyak Keluh Kesah dari Pengusaha, Sekum APNI Sebut APNI Ibarat Klinik