NIKEL.CO.ID, JAKARTA- Lima asosiasi pertambangan menggelar Halalbihalal Idulfitri 1445 Hijriah di hotel Westin, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (30/4/2024).
Lima asosiasi tersebut ialah Indonesia Mining Association (IMA), Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (ASPINDO), Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI-ICMA) dan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI).
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli yang mewakili dari ke lima asosiasi tambang menyampaikan, asosiasi pertambangan optimis industri tambang RI bakal bangkit lagi.
“Kami berharap bahwa industri pertambangan bisa bangkit kembali juga untuk tahun-tahun selanjutnya sehingga ini akan bergairah kembali,” ungkap Rizal Kasli dalam kata sambutannya.
Merangkaknya harga komoditas menjadi salah satu tanda kebangkitan industri pertambangan di dalam negeri, misalnya nikel. Kata Rizal, iklim bisnis nikel RI terbilang moncer dan bisa survive meski harga sedang turun, dibanding dengan negara lain seperti Australia.
“Kita lihat komoditas utama sudah mulai agak naik terutama nikel, karena banyak perusahaan dari luar negeri terutama Australia tidak bisa bersaing dengan Indonesia. Walau harga turun kita masih bisa survive. Kalau mereka harga turun langsung tutup, baik tutup sementara maupun tutup permanen,” ucap Rizal.
Hal serupa diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif. Dalam sambutan yang dibacakan Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arif, Arifin optimis dengan kerja sama antar pemangku kepentingan industri pertambangan dalam negeri bakal maju.
“Baik pemerintah maupun stakeholder dalam lingkup pertambangan dapat memainkan peran terbaik kita dalam memajukan dunia pertambangan Indonesia,” ungkap dia.
Arifin tidak menampik, kondisi pertambangan RI saat ini masih belum optimal. Karena itu dibutuhkan upaya-upaya serius untuk menyelesaikan persoalan ini terutama pada aspek penerapan good mining practices (GMP), penerapan environmental, social and governance (ESG) serta pemanfaatan hasil tambang secara signifikan untuk industri hilir pendukung energi bersih.
“Karena kondisi pertambangan kita belum baik-baik saja. Tentunya ke arah yang berkelanjutan, mulai dari penerapan good mining practices, penerapan ESG, serta pemanfaatan hasil tambang hingga industri hilir yang mendukung energi bersih,” katanya.
Hal penting lainnya untuk membangkitkan industri pertambangan di masa depan adalah dengan tidak ragu untuk memberantas pertambangan tanpa izin alias PETI.
Dia mendorong pelaku usaha untuk tidak segan melaporkan aktivitas mereka baik di dalam maupun di luar konsesi. Termasuk mencegah tindak pidana korupsi di antara pelaku usaha dan aparat pemerintahan.
“Bersama-sama melaporkan dari industri pertambangan apabila ada tambang ilegal yang berada di sekitar tambanganya. Jadi secara bersama-sama mencegah hal-hal yang tentunya merugikan kita semua. Serta yang paling penting mencegah adanya korupsi baik di antara industri pertambangan dan aparat pemerintah,” tutur dia. (Lili Handayani)