Beranda Asosiasi Pertambangan Harita Nickel Perkuat Efisiensi dan Keberlanjutan di Tengah Tekanan Industri

Harita Nickel Perkuat Efisiensi dan Keberlanjutan di Tengah Tekanan Industri

1031
0
Pabrik Pengolahan Nikel Harita Nickel, Selasa (29/4/2025). Dok. Harita Nickel

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Di tengah tekanan harga nikel global yang masih melemah, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel terus menunjukkan komitmen kuat terhadap efisiensi operasi dan keberlanjutan jangka panjang.

Perusahaan tambang dan pengolahan nikel terintegrasi yang beroperasi di Halmahera Selatan, Maluku Utara ini berhasil mencatatkan kinerja positif pada kuartal pertama 2025, sekaligus memperkuat posisinya di industri melalui berbagai langkah strategis.

Salah satu pencapaian penting Harita Nickel adalah rampungnya pembangunan smelter feronikel (FeNi) PT Karunia Permai Sentosa (KPS) pada Januari 2025. Fase pertama smelter yang mengusung teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) tersebut telah mencapai kapasitas penuh pada Maret 2025. Keberhasilan ini berdampak langsung terhadap volume penjualan, di mana lini RKEF mencatatkan penjualan sebesar 43.873 ton kandungan nikel dalam FeNi sepanjang kuartal pertama 2025.

Sementara itu, dari lini pertambangan, perusahaan berhasil menjual bijih nikel sebanyak 5,49 juta wet metric ton (wmt) kepada entitas afiliasi. Di sisi lain, lini High Pressure Acid Leaching (HPAL) juga mencatatkan kontribusi signifikan dengan total 30.263 ton kandungan nikel, terdiri dari 19.837 ton Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan 10.426 ton Nikel Sulfat (NiSO₄).

Dalam laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada 31 Maret 2025, Harita Nickel mencatatkan pendapatan sebesar Rp 7,13 triliun, dengan laba kotor mencapai Rp 2,10 triliun dan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,66 triliun.

Namun, tantangan tetap membayangi industri nikel global. Mengutip data S&P Global, harga nikel pada tahun 2025 hanya sebesar US$ 15.078 per metrik ton – titik terendah sejak 2020. Ini menjadi penurunan lanjutan dari rata-rata harga tahun 2024 yang sebesar US$ 15.328 per metrik ton.

Direktur Keuangan Harita Nickel Suparsin D. Liwan menyatakan bahwa kondisi industri nikel saat ini membuat pelaku usaha melakukan berbagai upaya untuk mendongkrak efisiensi operasi, tak terkecuali Harita Nickel.

“Perusahaan terus melanjutkan pengetatan biaya operasional untuk semua bisnis unit dan fokus pada upaya menjaga kesehatan keuangan Perusahaan secara jangka panjang,” kata Suparsin melalui pers rilis yang diterima nikel.co.id, Rabu (30/4/2025).

Salah satu strategi efisiensi yang dijalankan adalah pembangunan fasilitas produksi kapur tohor (quicklime), material penting dalam proses HPAL. Fasilitas ini diharapkan dapat menekan biaya bahan baku pendukung secara signifikan.

Di samping efisiensi, Harita Nickel juga mengedepankan prinsip keberlanjutan dalam operasionalnya. Perusahaan telah menyelesaikan proses audit standar pertambangan internasional Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), yang menjadi audit pertama di Asia untuk perusahaan nikel terintegrasi. Sebelumnya, perusahaan juga telah memenuhi standar Responsible Minerals Assurance Process (RMAP) dari Responsible Minerals Initiative (RMI), yang menjamin praktik pengadaan mineral yang bertanggung jawab.

Selain itu, Harita Nickel juga telah melakukan Landscape Level Nature Risk Assessment (LNRA), sebagai bentuk komitmen terhadap pengelolaan lingkungan berbasis risiko dan transparansi. Komitmen ini dipertegas melalui penerbitan laporan keberlanjutan perusahaan yang ketiga.

Sementara itu, Direktur Keberlanjutan Harita Nickel, Lim Sian Choo, menambahkan bahwa perusahaan juga berhasil meningkatkan penggunaan energi berkelanjutan hingga 29,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Ke depan, Harita Nickel akan terus memantapkan komitmennya untuk memaksimalkan efisiensi, mengoptimalkan pemanfaatan aset, dan mengintegrasikan nilai-nilai keberlanjutan dalam manajemen biaya. Termasuk mendorong inisiatif keberlanjutan, pengembangan masyarakat dan inovasi teknologi,” ungkap Sian Choo.

Sebagai bagian dari program lingkungan, perusahaan turut berkontribusi dalam penghijauan dengan menanam 2.025 bibit mangrove di Pulau Obi dan 1.750 bibit di Kayoa, bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat pada tahun lalu.

Langkah-langkah tersebut menjadi wujud nyata Harita Nickel dalam menghadapi tantangan industri sekaligus mempersiapkan fondasi bisnis yang tangguh dan bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. (Shiddiq)