NIKEL.CO.ID, JAKARTA- PT Vale Indonesia Tbk bekerjasama dengan Ford Motor Co. dan Zhejiang Huayou Cobalt bangun smelter nikel di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Smelter garapan ketiga PT Vale ini menggunakan teknologi high-pressure acid leaching (HPAL) dan dipastikan menerapkan standart environmental, social, and governance (ESG).
CEO Vale Febriany Eddy, menyampaikan jika pihak Ford sudah mengunjungi proyek untuk melihat langsung penerapan standar ESG.
“Mereka apresiasi, bagus sesuai harapan. Memang mereka meminta kami berperan aktif untuk memastikan nanti smelter ini sesuai standar ESG yang disepakati. Jadi ini penting baik Vale, Ford, ataupun partner kami yang lain,” ungkap Febriany, dikutip melalui katadata, Selasa (25/6/2024).
Diketahui, nilai proyek ini sebesar US$4,5 miliar atau sekitar Rp67,6 triliun dan akan memproduksi 120.000 ton mixed hydroxide precipitate (MHP) per tahun. MHP merupakan salah satu bahan baku penting untuk membuat baterai kendaraan listrik.
Pihak Ford menyatakan untuk membantu dalam memastikan nikel yang akan digunakan melalui proses dengan standar ESG.
Investasi ini merupakan pertama yang dilakukan Ford di kawasan Asia Tenggara di tengah melonjaknya produsen otomotif dalam mengamankan bahan baku produksi baterai kendaraan listrik. Ini juga salah satu langkah yang dilakukan dalam mengejar ketertinggalan atas produk Tesla.
Selain itu, Febriany mengungkapkan dari sisi perizinan proyek ini berjalan dengan baik.
“Izin kehutanannya udah keluar. Proyek ini pembangunannya di dalam kawasan industri, jadi mereka bagus progresnya dari sisi perizinan. Sekarang sedang diurus analisis dampak lingkungannya (AMDAL), kalau semua lancar proyek akan langsung jalan,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa tahun ini proyek hilirisasi Vale memasuki groundbreaking.
“Tahun ini hampir semuanya groundbreaking. Ini kerja sama kita dengan beberapa perusahaan di Eropa dan Amerika untuk Vale,” ungkapnya.
Bahlil juga mengakui bahwa ada beberapa perusahaan yang tadinya belum ingin melakukan sudah mulai menyampaikan akan segera groundbreaking.
Bahlil mengungkapkan proyek hilirisasi nikel ini juga berkembang setelah rampungnya divestasi saham Vale dan perpanjangan kontrak dengan pemerintah.
“Kami juga akan ada prospek untuk pembangunan ekosistem baterai mobil yang cukup besar di investasi Vale dengan yang lainnya,” tuturnya. (Lili Handayani)