Beranda Berita Nasional Tubagus Nugraha: Pertanyaannya, Apakah Cadangan Bijih Nikel Kita Cukup Penuhi Kebutuhan?

Tubagus Nugraha: Pertanyaannya, Apakah Cadangan Bijih Nikel Kita Cukup Penuhi Kebutuhan?

4048
0
Tubagus Nugraha (Foto: nikel.co.id)

NIKEL.CO.ID, BADUNG — Indonesia adalah pemain kunci di panggung global karena luas wilayahnya, lokasinya yang strategis, dan sumber daya alamnya yang kaya.

Negara ini adalah negara kepulauan terbesar di lokasi yang strategis dan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia ini. Bayangkan, jumlah pulaunya sekitar 17.500 pulau dengan garis pantai 108.000 km, jumlah penduduk 281 juta orang, dan terletak di sepanjang jalur laut utama yang menghubungkan Asia Timur, Asia Selatan, dan Oseania.

Indonesia merupakan negara kaya cadangan mineral untuk proses transisi energi dan potensi energi baru terbarukan (renewable energy) yang besar. Cadangan nikel paling besar di dunia, cadangan stannum (Sn) nomor dua terbesar di dunia, cadangan bauksit (Al) nomor enam terbesar, cadangan tembaga (Cu) terbesar ketujuh, dan potensi energi terbarukan 437,4 GW.

Hal tersebut dikatakan Asisten Deputi Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Tubagus Nugraha, S.T., M.Si., dalam paparannya yang berjudul “Nickel and the Global Energy Transition: Indonesia’s Leading Role”, pada ASEAN Ni-Cr-Mn-Stainless Steel Industry Chain Summit 2023, di Discovery Kartika Plaza Hotel, Bali, Selasa (28/11/2023).

“Pemerintah Indonesia melakukan transformasi ekonomi melalui hilirisasi sumber daya alam untuk membentuk ekosistem industri bernilai tambah tinggi. Industrialisasi yang dilaksanakan berbasis komoditas bernilai tambah tinggi menuju struktur ekonomi yang Lebih kompleks: kebijakan hilirisasi,” ujar Tubagus.

Ke depannya, katanya menjelaskan, kebijakan hilirisasi akan diarahkan pada pembangunan basis industri bernilai tambah tinggi untuk mendukung digitalisasi ekonomi yang semakin cepat dan tren ekonomi hijau. Arah selanjutnya adalah mengalokasikan sumber energi rendah emisi (hijau) untuk industri bernilai tambah tinggi.

“Tahap selanjutnya adalah membentuk talent pool yang berkualitas melalui program penyaringan lulusan sarjana teknik dan sains untuk diarahkan bekerja di perusahaan-perusahaan kelas dunia di bidang teknologi,” katanya dengan nada serius.

Permintaan nikel dunia dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, mau tak mau mendorong Indonesia untuk meningkatkan produksi nikelnya. Negara ini memang memiliki cadangan nikel terbanyak dan menduduki peringkat pertama, ditambah produksi nikelnya terbesar di dunia. Bahkan, pada 2022 menjadi negara yang mengekspor nikel matte dan MHP terbesar di dunia dengan jumlah sebanyak 5.186.000 ton MHP dan nikel matte sebanyak 2.575.000 ton.

Tubagus mendiskripsikan, diperkirakan total kapasitas produksi nikel Indonesia mencapai 2,2 juta ton logam nikel pada 2023. Indonesia Weda Bay Industrial Park/IWIP (Tsingshan) mempunyai kapasitas produksi 720.000 ton, dengan rincian 600.000 ton (RKEF) dan 120.000 ton (HPAL), disusul Indonesia Morowali Industrial Park/IMIP (Tsingshan) berkapasitas 590.000 ton (500.000 ton RKEF dan 90.000 ton HPAL), kemudian Virtue Dragon Nicikel Indonesia/VDNI (termasuk Obsidian Stainless Steel/OSS) dengan kapasitas produksi 350.000 ton, Gunbuster dengan kapasitas produksi 1.875.000 ton, Obi (Harita) sebanyak 175.000 ton (120.000 ton RKEF, 55.000 ton HPAL), Vale 77.000 ton (RKEF), dan lainnya sebanyak 109.000 ton (RKEF).

Kepastian tersedianya pasokan nikel akan menjadi tantangan di masa mendatang. Diperkirakan total konsumsi bijih nikel pada 2023 sebesar 187 juta ton dengan produksi logam nikel sebesar 1,75 juta ton. Kebutuhan bijih nikel diperkirakan akan bertambah seiring selesainya pengolahan bijih nikel yang saat ini sedang dalam tahap kontruksi, sehingga akan bertambah pula kapasitas produksi. Dalam 1-2 tahun ke depan diperkirakan konsumsi bijih nikel akan mencapai 290 juta ton. Pertanyaan kuncinya, apakah kita memiliki cadangan bijih nikel yang cukup untuk memenuhi permintaan tersebut? (Rus)