NIKEL.CO.ID, Denpasar – Total nilai hilirisasi nikel adalah sebesar Rp97,0 triliun dari total realisasi investasi smelter di bidang hilirisasi. Angka ini adalah yang terbesar, diikuti tembaga sebesar Rp47,6 triliun, dan bauksit Rp7,1 triliun.
Demikian diungkapkan, Direktur Hilirisasi Mineral dan Batu Bara Kementerian Investasi, Hasyim Daeng Barang, S.S.T.P., M.Si., saat menyampaikan presentasi berjudul “Investing in Indonesia’s Nickel Industry: Opportunity for Sustainable Profitable Growth” di acara ASEAN Ni, Cr, Mn, & Stainless Steel Industry Chain Summit 2023, di Discovery Kartika Plaza Hotel, Kuta, Badung, Bali, Selasa (28/11/2023).
“Realisasi investasi di bidang industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya terus meningkat dilihat dari data tren realisasi investasi berdasarkan sektor tahun 2019-2023 kuartal ketiga,” tutur Hasyim.
Menurut dia, hilirisasi nikel, lebih tepatnya, dapat dikatakan berhasil. Pada 2017, ekspor bijih nikel mencapai US$3 miliar. Lalu, ekspor bijih nikel dilarang pada 2020, dan pada 2022, ekspor produk nikel meningkat mencapai US$29 miliar.
Hingga saat ini, program strategis hilirisasi nikel terus dijalankan. Ada beberapa strategi yang sedang berjalan, yaitu optimalisasi sumber daya alam (SDA), penciptaan iklim investasi yang mendukung, promosi dan kerja sama investasi, serta akselerasi kemandirian investasi.
Hal itu didukung dengan rekomendasi kebijakan pendukung hilirisasi, yaitu kebijakan di bidang perdagangan, insentif fiskal tambahan untuk hilirisasi, pembiayaan untuk investasi hilir domestik, promosi dan kerja sama investasi, penguasaan teknologi pemain hilir domestik, dan regulasi lainnya. (Aninda)