NIKEL.CO.ID, 1 AGUSTUS 2023– Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) saat ini tengah menggagas Indonesia Nikel Price Index (INPI). Inisiatif ini muncul untuk menjadi penengah antara penambang dan smelter.
“Kenapa APNI berinisiatif harus ada INPI? Karena selama ini terjadi gap antara penambang sama smelter. Penambang menggunakan HPM (harga patokan nikel), diupdate setiap bulan,” ujar Sekertaris Umum APNI Meidy Katrin Lengkey saat menghadiri acara ‘International Battery Summit‘ di Grand Sahid Hotel, Jakarta, Selasa (1/7/2023).
Sejauh ini, pemerintah meminta INPI rampung di akhir tahun 2023. Sehingga di tahun 2024, inisiatif yang diperjuangkan tersebut sudah bisa direalisasikan.
Sebelumnya, APNI telah melakukan pertemuan dengan penyedia index yaitu Shanghai Metal Market (SMM), London Metal Exchane (LME), Argus media dan beberapa lainnya untuk membahas rencana INPI. Hal ini untuk mendukung terbentuknya INPI jauh lebih baik karena Indonesia merupakan penyedia nikel baru di dunianya.
Meidy menyampaikan bahwa saat ini Indonesia merupakan negara top players dan sudah menjadi produsen nikel terbesar didunia.
Adapun tantangan yang hadapi APNI ialah metodelogi formulasi yang tepat bukan hanya dari sisi produsen semata. Meidy menjelaskan, jika Indonesia masih menghasilkan produk intermedite. Maka dari itu, masih dibutuhkan market luar. Baik dalam segi tantangan market luar, sehingga harga tersebut dapat diterima.
“Harga kita diterima itu, baik produsen baik producer, tander ekonomi global, semua harus diperhitungkan. Makanya kita mengundang LME, kita mengudang SMM, kita mengundang argus media, yang biasa ngitung harga batubara, dan beberapa expertes yang sudah biasa menghitung seluruh komoditas ya,” (Lili Handayani)