Beranda Berita International Elon Musk dan Sederet Rencana Investasi di Indonesia

Elon Musk dan Sederet Rencana Investasi di Indonesia

1640
0
Investasi di industri baterai mobil listrik tampaknya bukan satu-satunya yang akan dilakukan Elon Musk melalui perusahaannya di Indonesia.

NIKEL.CO.ID – Nama Elon Musk dan Tesla Inc. sempat menjadi primadona dan buah bibir di Indonesia pada pengujung 2020 hingga awal tahun ini. Hal itu tak lepas dari desas-desus rencana perusahaan mobil listrik tersebut untuk berinvestasi di Indonesia.

Kala itu, sejumlah pejabat negara getol mempromosikan rencana besar industri mobil dan baterai listrik Tanah Air. Perusahaan Elon Musk tersebut pun awalnya disebut-sebut akan membangun pabrik mobil listrik di Indonesia.

Kabar itu pun membuat sejumlah emiten nikel di Indonesia, kompak mengalami lonjakan harga saham di lantai bursa. Sebab, nikel merupakan bahan baku utama baterai listrik.

Namun belakangan, Tesla disebut-sebut bukan berminat untuk membangun pabrik mobil listrik di Indonesia. Terlebih, setelah adanya keputusan terbaru Tesla membangun pabrik mobil listrik di India pada kuartal I/2021.

Adapun, isu investasi perusahaan asal AS di Indonesia tersebut mengalami pergeseran. Tesla dikabarkan berminat investasi di bidang baterai kendaraan listrik atau sistem penyimpanan energi (electric storage system/ESS).

Hal itu ditegaskan oleh Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga pada Maret lalu. Saat itu, dia  mengatakan rencana investasi perusahaan milik Elon Musk di Negeri Bollywood itu adalah untuk membangun pabrik mobil listrik.

Menurutnya, pendekatan Pemerintah Indonesia dengan Tesla bukan untuk rencana investasi pabrik mobil. Menurutnya Arya, dari sisi Kementerian BUMN, penjajakan yang dilakukan dengan Tesla adalah untuk investasi di bidang baterai kendaraan listrik atau sistem penyimpanan energi.

“Jadi, ketika kemarin dikatakan Tesla itu ke India ya, kita enggak merasa kecolongan karena kita bukan ingin membangun pabrik mobil listrik gitu,” ujarnya dalam acara Prospek Pembentukan Holding Baterai, Kamis (4/3/2021).

Sementara itu, Ketua Tim Kerja Percepatan Pengembangan EV Battery Agus Tjahjana mengatakan bahwa penjajakan antara Indonesia dan Tesla sedang dilakukan dengan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi.

Dia menyatakan kesiapan untuk memberi keperluan yang dibutuhkan Tesla untuk rencana pembangunan pabrik di Indonesia. Menurutnya, perusahaan yang tergabung dalam Indonesia Holding Battery (IHB) yakni PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN), dan PT Pertamina (Persero) telah menyatakan kesiapannya.

“Kami siap, kami sediakan lahannya kalau diperlukan oleh Antam, kalau tidak ya, tidak apa-apa. Jadi, kalau misalkan, mau ke Pertamina siap, PLN juga siap, kita pada posisi lebih banyak menunggu tetapi yang dua ini sudah masuk ke yang lebih serius,” ungkapnya.

Investasi SpaceX

Kini, kabar mengenai rencana investasi Elon Musk melalui perusahaannya di Indonesia kembali berhembus. Namun, untuk kali ini perusahaan tersebut bukanlah Tesla, melainkan Space Exploration Technologies Corporation (SpaceX) melalui anak usahanya yakni Starlink.

SpaceX sendiri merupakan perusahaan yang didirikan Musk, yang berfokus pada industri luar angkasa. Salah satu misi utama dari perusahaan itu adalah menjadi penyedia transportasi massal untuk menuju ke luar angkasa.

Adapun, rencana investasi SpaceX di Indonesia tampak dari paparan di Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada Senin, (19/7/2021).

Saat itu, Kemenkominfo melalui Direktorat Telekomunikasi menggelar kegiatan FGD jaring pendapat dari Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi untuk membahas rencana investasi SpaceX ke Indonesia.

Berdasarkan dokumen yang diterima Bisnis, acara FGD digelar pada Senin (19/7/2021) pukul 09.00 WIB.

Sejumlah asosiasi yang terlibat dalam acara tersebut antara lain Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel), dan Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI).

Acara tersebut juga melibatkan Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) dan Masyarakat Telematika Indonesia.

Sebagai salah satu peserta FGD, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) Muhammad Arif menceritakan secara umum SpaceX melalui Starlink ingin masuk ke Indonesia sebagai penyedia telekomunikasi di Indonesia. SpaceX sedang mengurus beberapa perizinan, salah satunya adalah perihal hak labuh.

“Intinya Starlink ingin masuk Indonesia. Saat ini sedang mengurus hak labuh dan lain sebagainya, untuk beroperasi di Indonesia,” kata Arif kepada Bisnis Senin (19/7/2021).

Arif mengatakan FGD tersebut meminta masukan kepada sejumlah asosiasi mengenai rencana tersebut, mengingat hadirnya Starlink dengan satelit yang beroperasi di orbit rendah (low earth orbit satellite /LEO) akan membuat peta persaingan sedikit bisnis berubah.

Bisnis mencoba mengonfirmasi mengenai rencana investasi SpaceX di Indonesia kepada Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate. Sayangnya, hingga berita ini diturunkan Johnny belum merespons.

Adapun, Arif menyatakan, perusahaan penyelenggara jaringan telekomunikasi  di Indonesia tidak keberatan dengan kehadiran SpaceX di Indonesia. Apjatel menilai layanan internet berbasis serat optik masih yang terbaik, sehingga tak dapat digantikan dengan internet satelit Starlink milik SpaceX.

Arif mengatakan Apjatel tidak mempermasalahkan kehadiran SpaceX di Indonesia selama memenuhi peraturan yang berlaku dan memiliki kesetaraan dalam berbisnis di Indonesia dengan para penyedia infrastruktur dan layanan telekomunikasi lainnya.

“Selama dia [SpaceX] mengikuti ketentuan maka tidak ada masalah,” katanya.

Persaingan Perusahaan Domestik

Arif mengatakan evolusi teknologi merupakan suatu keniscayaan. Kehadiran Starlink yang berisiko membuat persaingan pasar layanan internet tetap rumah menjadi makin ketat, tak dapat dihindari.

Kendati demikian, dia optimistis layanan internet rumah berbasis serat optik tetap akan tumbuh meski ada Starlink. Layanan internet rumah berbasis serat optik lebih andal dan minim gangguan jika dibandingkan dengan internet satelit.

“Sehebat-hebatnya satelit melawan kabel masih menang kabel karena tidak ada gangguan udara,” kata Arif.

Arif menilai Starlink dapat mempercepat upaya pemerintah dalam mendorong percepatan transformasi digital dan merdeka sinyal di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T).

Kualitas internet yang disuntikan dari satelit Starlink milik SpaceX, jauh lebih baik dibandingkan dengan satelit jenis high throughput satellites (HTS) atau satelit khusus internet.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Bisnis, Starlink beroperasi di orbit rendah atau termasuk dalam kategori LEO.

Dengan beroperasi di orbit bawah, satelit ini mampu memberikan latensi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan satelit konvensional dan satelit khusus internet.

SpaceX mengeklaim latensi yang dihasilkan dari satelit ini sekitar 25 milidetik – 35 milidetik. Starlink juga mampu menghasilkan internet hingga 1Gbps.

Pada 2019, SpaceX telah meluncurkan 120 satelit ke orbit rendah. Komisi Komunikasi Federal US memberikan izin kepada SpaceX untuk menempatkan 42.000 satelit Starlink di orbit.

Sementara itu, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) berharap kepada pemerintah untuk mewajibkan Starlink bekerja sama dengan penyedia jasa internet lokal, seandainya Starlink berinvestasi ke Indonesia.

Bisnis penyedia internet lokal bakal tergerus, jika Starlink diperbolehkan beroperasi sendiri atau langsung melayani pelanggan.

Ketua Umum APJII Jamalul Izza mengatakan pada intinya teknologi baru tidak dapat dibendung. Meski demikian, seyogianya masuknya teknologi baru dimaksimalkan untuk membuat ekosistem bisnis yang sudah ada makin berkembang. Salah satunya adalah bisnis penyedia jasa internet.

“APJII mengimbau pemerintah agar Starlink ini bisa diarahkan untuk bekerja sama dengan seluruh ISP yang ada,” kata Jamal.

Dia mengatakan dengan menjalin kerja sama, maka para penyedia layanan internet (Internet Service Provider/ISP) yang saat ini jumlah mencapai 600 ISP, dapat makin mudah mendapatkan infrastruktur telekomunikasi untuk menggelar layanan.

Sumber: bisnis.com