NIKEL.CO.ID – Morgan Stanley memprediksi Indonesia akan jadi salah satu negara yang jadi tujuan penanaman modal asing (foreign direct investment/FDI) dalam jangka menengah setelah pandemi covid-19.
Selain Indonesia, negara Asia lainnya yang akan mendapatkan berkah serupa adalah India dan Filipina. Pasalnya, negara tersebut dinilai telah mengeluarkan langkah-langkah struktural untuk memanfaatkan relokasi FDI dari China saat banyak perusahaan di negara tersebut ingin mendiversifikasi risiko manufaktur.
India, misalnya, telah melakukan perubahan skema insentif terkait produksi. Sementara Indonesia telah menebar berbagai insentif pajak, mengesahkan omnibus law, serta langkah lainnya seperti memanfaatkan pasokan bijih nikel untuk produksi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
“Kami percaya arbitrase biaya tenaga kerja, angkatan kerja yang cukup besar, dan pasar permintaan domestik yang cukup besar berarti bahwa ekonomi seperti India, Indonesia, dan Filipina kemungkinan akan mendapat manfaat dari relokasi FDI dalam jangka menengah setelah pandemi covid-19 berlalu,” tulis Morgan Stanley dalam laporannya dikutip Selasa (18/5).
Lembaga keuangan asal AS tersebut juga melihat faktor deglobalisasi sebagai akibat dari ketegangan AS-China yang telah menyebabkan adanya peningkatan belanja modal teknologi selama perlambatan ekonomi.
“Biasanya, belanja modal menghadapi tekanan paling besar selama perlambatan ekonomi, tetapi yang menarik, belanja modal bertahan dengan baik terutama di Korea dan Taiwan selama pandemi covid-19,” lanjut laporan tersebut.
Hal ini terlihat dari perusahaan Korea dan Taiwan yang mengumumkan rencana belanja modal untuk meningkatkan pasokan produksi chip selama beberapa tahun ke depan.
Taiwan Semi Conductor Manufacturing Company (TSMC), misalnya, pada awal April lalu mengumumkan rencana belanja modal US$100 miliar selama 2021-2023. Analis Morgan Stanley Charlie Chan memprediksi sekitar US$30 miliar di antaranya bakal digelontorkan tahun ini.
Sementara di Korea, pada 13 Mei lalu, pemerintah mengumumkan rencana untuk memperkuat industri semi konduktor melalui perluasan kredit pajak atas belanja modal, penyediaan likuiditas, peningkatan infrastruktur air/listrik, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan dukungan legislatif.
“Pemerintah membayangkan menarik lebih dari KRW510 triliun atau sekitar US$450 miliar dalam belanja modal semikonduktor pada tahun 2030, termasuk KRW41,8 triliun (US$37 miliar) yang saat ini direncanakan oleh industri untuk 2021 dibandingkan KRW39.7 triliun (US$ 35 miliar) pada 2020,” terang laporan tersebut.
Sumber: CNN Indonesia