NIKEL.CO.ID – Indonesia sedang memproses pasokan bijih nikel laterit untuk digunakan dalam baterai lithium. Di mana itu merupakan bahan baku dalam memproduksi dan mengekspor kendaraan listrik.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menyebut dengan memilki cadangan nikel yang banyak, maka itu keuntungan tersendiri dalam menarik investor luar negeri. Setidaknya ada tiga keuntungan yang didapatkan Indonesia bila nantinya menjadi produsen batrei lithium tersebut.
“Kebijakan Indonesia ke depan itu sudah harus mobil listrik, karena defisit perdagangan kita oleh gas. Subsidi kita paling besar itu minyak. Kalau kita bisa ganti dengan batrei. Nantinya, cadangan devisa kita lebih baik, kemudian defisit neraca perdagangan kita smeakin baik. Ketiga, subsidi yang selama ini dibakar saja, bisa kita pakai untuk yang lain,” kata Bahlil dalam acara The Indonesia Economic Club di iNews TV, Kamis (21/1/2021).
Dia menjelaskan, nikel itu merupakan bahan baku pokok untuk pembuatan baterai lithium dalam memproduksi dan mengekspor kendaraan listrik. Sehingga, dengan modal jumlah nikel yang banyak tersebut menjadi pancingan para produsen kendaraan listrik untuk membangun pabriknya di Indonesia.
“Hampir di semua dunia sekarang itu sudah mulai mendorong energy terbarukan. Mereka sudah mulai pada green energi, di mana kendaraan mereka tidak pakai fosil lagi. Pada 2027 60-70% di Eropa udah pakai batrei. Teknologinya itu adalah nikel. Di Indonesia 25 persen cadangannya adalah nikel,” ujarnya.
Saat ini, kata dia, sudah ada perusahaan China Contemporary Amperex Technology (CATL) dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan yang akan berinvestasi membangun batrei lithium di Indonesia. Dia meyakini ke depannya akan semakin banyak perusahaan lainnya yang menanamkan modal di Tanah Air.
“Ini kita bikin semua di Batam. Kalau Indonesia menyuplly energi terbarukan, dunia akan mengenal Indonesia dari Aceh sampai Papua. Ini momentum emas untuk kita dorong”, katanya.
Sumber: Okezone.com