NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Direktur Advisory PWC Indonesia, Sacha Winzenried, menyoroti pentingnya sektor eksplorasi dalam memastikan masa depan industri tambang Indonesia. Urgensi utama yang harus diperhatikan adalah bukan hanya soal perizinan atau pengelolaan Izin Usaha Pertambangan (IUP), tetapi lebih kepada bagaimana menarik investasi yang lebih besar untuk eksplorasi.
“Tanpa eksplorasi yang cukup, cadangan baru tidak akan ditemukan, dan pertumbuhan industri akan melambat dalam jangka panjang,” ungkap Sacha dalam pemaparan materi acara Strategic Discussion: Perubahan UU Minerba, Urgensi atau Ambisi, The Westin Jakarta, Selasa (4/2/2025).
Ia memaparkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk memperkuat industri tambang di Indonesia, terutama dalam menarik investasi, yang pertama, kepastian regulasi adalah faktor kunci, Sacha menegaskan, kepastian regulasi menjadi salah satu faktor utama dalam menarik investor.
“Industri tambang memiliki siklus jangka panjang, yang artinya investor membutuhkan kepastian hukum,” jelasnya.
Dia juga menambahkan bahwa seringnya perubahan regulasi atau ketidakpastian dalam proses perizinan dan pengawasan akan membuat investor mencari pasar lain yang lebih stabil.
“Pemerintah sebaiknya tidak langsung mengelola tambang, tetapi memastikan regulasi yang adil, pajak yang transparan, dan distribusi manfaat yang tepat untuk masyarakat,” tambahnya.
Kedua, menurutnya, peran masyarakat dan kelompok lokal. Meskipun banyak negara seperti Kanada, Australia, dan Afrika Selatan memiliki mekanisme yang melibatkan komunitas lokal dalam sektor tambang, seperti kepemilikan saham atau usaha kecil, Sacha mengingatkan bahwa hal ini tidak selalu praktis diterapkan pada industri tambang besar.
“Industri tambang besar umumnya dikelola oleh perusahaan dengan keahlian dan modal yang cukup untuk menjalankan operasi skala besar,” tuturnya.
Dia menuturkan, konsep ‘komunitas sebagai pemilik IUP’ lebih relevan untuk tambang kecil atau melalui skema bagi hasil dengan kepemilikan saham, yang bisa memberikan manfaat lebih nyata bagi masyarakat lokal.
Kemudian yang ketiga adalah fokus pada pengelolaan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Sacha menekankan pentingnya pengelolaan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan dalam industri tambang.
“Pemain utama dalam industri ini harus memiliki kapasitas finansial dan teknis untuk menghadapi siklus harga komoditas yang fluktuatif serta kewajiban lingkungan jangka panjang,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa model yang paling sukses di negara-negara tambang besar adalah yang menggabungkan kepemilikan swasta dengan regulasi ketat dari pemerintah, daripada model di mana komunitas lokal menjadi operator tanpa pengalaman yang cukup.
Untuk yang keempat, menurut Sacha adalah menarik lebih banyak investasi ke Indonesia. Untuk meningkatkan kontribusi sektor tambang terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan, Sacha mengusulkan agar kebijakan Indonesia lebih fokus pada eksplorasi dan investasi jangka panjang.
“Tujuan utama seharusnya adalah mendorong eksplorasi, bukan hanya memperdebatkan siapa yang memegang izin,” ujarnya.
Salah satu solusi yang bisa dipertimbangkan adalah skema insentif eksplorasi yang akan menarik modal swasta dan teknologi canggih ke dalam eksplorasi mineral kritis. Selain itu, ia juga menggarisbawahi pentingnya transparansi dalam pajak dan royalti agar dana yang masuk dari industri ini bisa dirasakan manfaatnya oleh komunitas yang terkena dampak, bukan hanya oleh segelintir kelompok.
Dengan pendekatan yang tepat dalam menarik investasi eksplorasi dan menciptakan iklim yang stabil serta berkelanjutan, Sacha percaya Indonesia bisa memastikan pertumbuhan yang lebih stabil dan berkelanjutan untuk industri tambang di masa depan. (Shiddiq)