
NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) memaparkan potensi dan tantangan industri nikel di Indonesia dalam diskusi kelompok terfokus atau focus group discussion (FGD) bertema “Perkembangan Terkini, Arah dan Strategi Pengembangan serta Prospek Kinerja Produksi Nikel Indonesia”. Acara ini diselenggarakan oleh Bank Indonesia, Jumat (13/12/2024), pukul 09.00 hingga 10.00 WIB melalui platform virtual Zoom.
Dengan cadangan nikel nasional mencapai 56,1 juta ton, Indonesia memegang posisi strategis sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Namun, potensi besar ini juga dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama terkait keseimbangan antara produksi dan keberlanjutan sumber daya.
Sekretaris Umum APNI, Meidy Katrin Lengkey, menekankan pentingnya pengelolaan bijih nikel secara bijaksana untuk memastikan keberlanjutan.
“Tingkat konsumsi bijih nikel, khususnya saprolit dengan kadar lebih dari 1,5% Ni, harus dikontrol ketat. Jika tidak, cadangan ini hanya akan bertahan hingga 2029,” ujarnya.
Ia juga menyoroti peran industri pengolahan nikel dalam meningkatkan nilai tambah ekspor.
“Fasilitas pemurnian nikel domestik harus terus diperluas agar Indonesia tidak hanya menjadi pemasok bahan mentah tetapi juga produsen produk nikel bernilai tinggi,” ujarnya.
Data yang disampaikan menunjukkan, pada periode Januari hingga Mei 2024, nilai ekspor produk turunan nikel mencapai US$8,67 miliar, dengan Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan sebagai negara tujuan utama. Namun, angka ini mengalami penurunan sebesar 4,13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, penerapan prinsip environment, social, and governance (ESG) menjadi sorotan dalam pengelolaan industri nikel. Meidy mengungkapkan bahwa banyak perusahaan masih menghadapi tantangan dalam menentukan indikator ESG.
“Survei menunjukkan bahwa hanya 52% perusahaan publik domestik yang telah mengukur emisi karbon dari aktivitas bisnis mereka. Ini menunjukkan perlunya keseriusan lebih lanjut dalam implementasi keberlanjutan,” tambahnya.
Melalui acara ini, APNI berharap dapat mendorong kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan pemangku kepentingan lain untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan potensi besar nikel Indonesia secara berkelanjutan. (Aninda)