Beranda Berita Nasional Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik untuk Keberlanjutan dan Ketahanan Energi Nasional

Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik untuk Keberlanjutan dan Ketahanan Energi Nasional

776
0

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Kepala Balai Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Harris Yahya, menegaskan pentingnya penguatan ekosistem kendaraan listrik untuk mencapai target net zero emission (NZE) dan mewujudkan ketahanan energi di Indonesia.

“Pengembangan ekosistem kendaraan listrik adalah bagian dari komitmen Indonesia terhadap Kesepakatan Paris yang diratifikasi pada 2015. Kesepakatan ini bertujuan menahan kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius, idealnya 1,5 derajat Celsius,” ungkap Harris dalam Seminar Warta Ekonomi bertema “Memperkuat Keamanan Kendaraan sebagai Upaya Mendorong Percepatan Ekosistem Kendaraan Listrik” di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (12/11/2024).

Menurut dia, sektor energi masih menjadi kontributor besar emisi karbon, sehingga respons cepat diperlukan untuk mengatasi dampak perubahan iklim.

“Indonesia telah memperbarui roadmap NZE dengan target penurunan emisi karbon, dari 314 juta ton pada 2030 menjadi 358 juta ton,” tambahnya.

Pentingnya kendaraan listrik semakin nyata mengingat sektor transportasi Indonesia masih bergantung pada minyak fosil, yang produksinya secara nasional hanya sekitar 600.000 barel per hari, sementara kebutuhan mencapai 1,2 juta barel. Ketergantungan pada impor minyak ini menunjukkan kerentanan energi di sektor transportasi yang dapat diatasi dengan transisi ke kendaraan listrik.

“Kami ingin agar transportasi kita menghasilkan emisi nol atau setidaknya netral,” jelasnya.

Pemerintah juga mendukung penggunaan teknologi, seperti penangkapan karbon dan penyimpanan energi untuk menyeimbangkan dampak emisi dari sektor transportasi. Pemerintah telah menyempurnakan kebijakan energi nasional untuk mendukung pembangunan ekosistem kendaraan listrik dengan fokus pada tiga prinsip utama: ketahanan energi, kemandirian energi, dan kedaulatan energi.

“Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang besar dan kami ingin memaksimalkan potensi ini untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil,” katanya.

Sebagai langkah konkret, pemerintah mendorong pengembangan pembangkit listrik berbasis energi surya dan angin. Mengingat sifat intermiten dari energi ini, sistem penyimpanan energi menjadi sangat penting.

Selain itu, pemerintah telah menginisiasi konversi kendaraan berbahan bakar minyak menjadi kendaraan listrik berbasis baterai. Hasil uji coba di Sirkuit Sentul menunjukkan performa kendaraan listrik hasil konversi sangat memuaskan dalam hal akselerasi dan daya tahan. Ini menunjukkan bahwa kendaraan listrik tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

“Ini bukan sekadar tren, tapi upaya menuju transportasi yang lebih mudah dan efisien,” tambahnya.

Pengembangan ekosistem ini juga akan mengurangi konsumsi BBM di sektor transportasi umum dan industri, memanfaatkan potensi energi terbarukan Indonesia yang mencapai lebih dari 3.000 gigawatt untuk menyediakan listrik yang bersih dan bebas emisi.

Pemerintah juga meningkatkan literasi publik tentang energi terbarukan dan pentingnya kendaraan listrik. Diharapkan, program-program sosialisasi ini dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan sektor swasta dalam membangun ekosistem kendaraan listrik yang kokoh.

CEO & Chief Editor Warta Ekonomi, Muhammad Ihsan, menambahkan bahwa ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai di Indonesia mengalami percepatan pesat meski pasar global menunjukkan penurunan.

“Berdasarkan data penjualan mobil listrik dari Juni hingga September 2024, terjadi kenaikan hingga 177% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan jumlah penjualan mencapai sekitar 27.000 unit,” jelas Ihsan.

Menurutnya, peningkatan ini menunjukkan peluang besar untuk mengembangkan pasar kendaraan listrik di Indonesia.

Meskipun ada kemudahan, seperti insentif pajak dan harga listrik yang masih murah, tantangan utama masih ada, seperti keamanan baterai listrik serta ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) di berbagai wilayah.

“Angka penetrasi 4,11% dari total kendaraan adalah peluang yang menggiurkan bagi pebisnis untuk melihat potensi besar pasar kendaraan listrik di Indonesia,” ujar Ihsan.

Kementerian ESDM terus mendukung peraturan untuk mengakselerasi ekosistem ini demi mencapai target NZE yang akan memperkuat ketahanan energi, keberlanjutan lingkungan, serta ketahanan ekonomi Indonesia di masa depan. (Shiddiq)