NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Staf Khusus Percepatan Bidang Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Prof. Irwandy Arif, mengatakan, pemerintah mendorong perusahaan untuk melakukan eksplorasi nikel untuk meningkatkan cadangan nikel yang semakin menipis saat ini.
“Jadi kalau misalnya untuk nikel dan segala macam wajar saja. Tetapi ini bagaimana industri bisa masuk ke situ kan. Pemerintah mendorong untuk eksplorasi untuk menambah cadangan sumber daya nikel yang ada di Indonesia, prinsipnya kan itu,” kata Prof Irwandy di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (19/1/2024).
Menurutnya, Indonesia sebenarnya masih banyak memiliki beberapa cadangan komoditas selain nikel. Namun karena produksi yang over supply mengakibatkan harga nikel terus menurun di pasaran sampai saat ini. Tetapi ini merupakan hal yang biasa terjadi dalam pergolakan harga sebagai suatu siklus neraca perdagangan.
“Jadi tidak bisa sekaligus tapi buat mereka-mereka yang memang punya pandangan dan punya modal, ya harusnya masuk ke sana (eksplorasi),” ujarnya.
Dia menegaskan, over supply produksi bijih nikel bukan hal utama yang menyebabkan penurunan harga komoditas nikel di pasar global tapi bagaimana mengelola keseimbangan pasar.
“Ya, ngga lah. Jadi kita kan tetap memperhatikan supply and demand,” tegasnya.
Ia menuturkan, sampai sekarang ekspor komoditas nikel Indonesia masih didominasi oleh produk antara (intermediate) belum beranjak ke produk akhir (end product) atau produk jadi.
“Kita jangan berhenti di situ. Jangan berhenti di nikel matte, jangan berhenti di nikel pig iron, jangan berhenti di feronikel, ini harus terus ke sana (end product)” tuturnya.
Dari data Kementerian ESDM mengatakan, cadangan nikel Indonesia masih berada di angka 5 miliar ton yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu nikel kadar tinggi (saprolit) sebanyak 3,5 miliar ton dan nikel kadar rendah (limonit) sebesar 1,5 miliar ton.
Kembali, Prof. Irwandy membeberkan, cadangan nikel sebenarnya masih cukup banyak namun masih sangat minim eksplorasi yang dilakukan selama ini. Jika pemerintah atau swasata melakukan eksplorasi memungkinkan terjadinya penambahan cadangan baru.
“Ya, tergantung nanti kalau misalnya demand-nya meningkat saya kira otomatis itu akan jalan. Karena pilihan industri cuma dua, dia mau akuisisi atau dia mau mencari Greenfield untuk menambah produksinya,” bebernya.
“Banyak yang cari jalan pintas karena yang namanya eksplorasi bisa hilang semuanya atau bisa dapat, itukan risikonya,” sambungnya.
Dari pemerintah selalu mendorong untuk melakukan eksplorasi di daerah baru yang berpotensi mengandung mineral nikel, dan eksplorasi ini hanya bisa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar yang memiliki ekonomi yang kuat.
“Kalau tidak kuat (maka tidak bisa dilakukan) karena yang namanya eksplorasi kan mahal,” ujar dia. (Shiddiq)