Beranda Asosiasi Pertambangan Djoko Widajatno: Indonesia Perlu Membuat Indeks Harga Komoditas Mineral

Djoko Widajatno: Indonesia Perlu Membuat Indeks Harga Komoditas Mineral

1549
0
Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA), Djoko Widajatno. (foto: Lili Handayani/Nikel.co.id)
Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA), Djoko Widajatno. (foto: Lili Handayani/Nikel.co.id)

NIKEL.CO.ID, 11 MEI 2023-Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA), Djoko Widajatno berpandangan, Indonesia perlu membuat indeks harga komoditas mineral. Selain lebih independen, tercipta win-win solution keuntungan antara penambang dengan user yang mengolah raw material menjadi produk setengah atau produk jadi. 

Indonesia sebagai negara penghasil nikel terbesar dunia bisa lebih independen dalam menentukan angka-angka untuk perhitungan Harga Patokan Mineral (HPM) Nikel. Bahkan, Indonesia saat ini sudah menjadi produsen dan supply chain terbesar dunia untuk produk olahan bijih nikel.

Berdasarkan catatan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Indonesia menguasai 23,7 persen dari total kebutuhan bijih nikel dunia. Bijih nikel diolah untuk bahan baku stainless steel dan saat ini sudah dibutuhkan untuk baterai kendaraan listrik.

Pemerintah Indonesia selama ini dalam menentukan Harga Mineral Acuan (HMA) Nikel—sebagai dasar perhitungan HPM Nikel domestik—masih mengacu kepada tren rata-rata harga nikel di London Metal Exchange (LME). Sedangkan untuk penentuan harga jual produk nickel pig iron (NPI) berdasarkan tren rata-rata harga di Shanghai Metals Market (SMM).

“Harga metal menurut sejarah ditentukan oleh LME dan Shanghai Metal Market. Tapi, kita perlu membuat patokan harga. Karena apa? Smelter-semelter ini menghargai penambangnya rendah. Sehingga harus ada indeks harga nikel yang disepakati bersama. Supaya tidak terjadi kerugian di antara kedua belah pihak,” kata Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA), Djoko Widajatno kepada nikel.co.id. 

Sepengetahuannya, sejauh ini keuntungan yang diterima penambang bijih nikel dari harga jual hasil tambangnya paling kecil. Karena yang dijual bijih nikel. Sedangkan smelter, sudah mengalami kenaikan nilai. Dari sisi harga jualnya jika sudah diolah menjadi produk setengah jadi sudah naik. 

“Berbagi untung, dong!” sarannya. 

Menurut Djoko, untuk perhitungan harga komoditas batu bara, saat ini sudah ada Indonesia Coal Index (ICI)  atau Indeks Batu Bara Indonesia. Dasar penentuan harga dasar komoditas batu bara berdasarkan penilaian Argus  dan Coalindo Energy. Harga tersebut diperuntukan bagi batu bara thermal Indonesia. ICI diketahui sebagai harga acuan royalti di Indonesia dan pembayaran resmi. Sebelumnya, harga batu bara masih mengikuti harga internasional yang ditentukan negara lain, seperti Australia.

“Penentuan harga dasar batu bara yang dikeluarkan ICI tidak terlalu tinggi, tapi tidak juga terlalu rendah. Tapi masih bisa mengikuti pasar dunia,” jelas Djoko.

Dewan Penasihat APNI Bidang Pertambangan ini berpandangan, indeks harga ini bisa saja dibuat oleh Indonesia untuk komoditas mineral logam lainnya, seperti timah dan bauksit. Indeks harga komoditas ini untuk mencari rata-rata harga di tengah-tengah. Jika tren harganya sedang naik, penambang nikel, timah, atau bauksit masih dapat untung. 

“Kalaupun tren harganya sedang turun, mereka masih bisa hidup.  Sehingga kita bisa ketemu win- win solution,” imbuhnya. (Lili Handayani/Shiddiq/SBH)