NIKEL.CO.ID, 25 Juli 2022- Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno mengatakan, dengan jumlah sumber daya dan cadangan nikel yang cukup besar, Indonesia berpeluang menjadi pemain utama dalam rantai pasok bahan baku untuk kendaraan listrik berbasis baterai ke depan.
Eddy Soeparno menyebutkan, tahun 2021 total sumber daya nikel mencapai 13,957 miliar ton bijih dan 145,208 juta ton logam. Total cadangan nikel mencapai 4,561 miliar ton bijih dan 49,260 juta ton logam. Berdasarkan USGS 2020, Indonesia menjadi produsen tambang bijih nikel terbesar dunia yang mencapai 800.000 ton Ni pada 2019, sementara produksi nikel dunia 2.668.000 ton Ni.
Dia mengungkapkan, saat ini sebagian besar smelter nikel yang beroperasi di Indonesia adalah smelter RKEF dengan pirometalurgi yang mengolah nikel kadar di atas 1,7 persen dengan produk akhir NPI, FeNi, Ni Matte yang seluruhnya diekspor. Sedangkan sumber daya dan cadangan nikel terbesar di Indonesia adalah kadar di bawah 1,7 persen yang banyak mengandung cobalt untuk bahan dasar lithium baterai.
“Dalam rangka mendukung proyek strategis pemerintah untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik, maka perlu didorong pengembangan smelter HPAL dengan hidrometalurgi yang mampu mengolah nikel kadar di bawah 1,7 persen,” kata Eddy Soeparno di acara Nickel Summit di Bali, Kamis (21/7/2022).
Eddy Soeparno menjelaskan, produk samping dari proses High Pressure Acid Leaching (HPAL) nikel cobalt akan menghasilkan mineral LTJ berupa Skandium (Sc), Neodimium (Nd), Praseodimium (Pr), Disprosium (dy) yang hingga saat ini belum termanfaatkan oleh industri di dalam negeri. Namun LTJ memiliki nilai ekonomi tinggi yang sangat dibutuhkan bagi industri strategis.
“Sebagai negara dengan jumlah cadangan nikel terbesar dunia, serta mineral logam lainnya seperti tembaga, mangan, aluminium yang saat ini sedang membangun ekosistem industri kendaraan listrik berbasis baterai, Indonesia memiliki posisi tawar yang tinggi dalam menguasai rantai pasok untuk kebutuhan kendaraan listrik berbasis baterai,” tuturnya.
Politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengutarakan bahwa Komisi VII DPR RI melalui mitra kerjanya (Mind Id, PT Antam Tbk, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero)) yang tergabung dalam Indonesia Battery Holding (IBH), serta Kemenperin dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk melakukan akselerasi pembangunan ekosistem industri kendaraan listrik nasional berbasis baterai yang telah menjadi proyek nasional.
Dirinya menekankan, untuk mendorong tumbuhnya industri hilir nikel di dalam negeri, kebijakan untuk membatasi ekspor NPI dan FeNi, atau produk turunan nikel dengan kandungan nikel di bawah 70 persen perlu dilakukan. (Syarif)