NIKEL.CO.ID – Perusahaan baterai lithium China, Shenzhen Chengxin Lithium Group Co Ltd bersama afiliasi raksasa perusahaan baja dan nikel Tsingshan Holding Group akan membangun pabrik baterai lithium di Indonesia senilai US$ 350 juta, setara Rp 4,9 triliun (asumsi kurs: Rp 14.200). Investasi tersebut ditujukan untuk memenuhi permintaan dari sektor baterai kendaraan listrik (EV).
Chengxin mengatakan para mitra akan membangun pabrik untuk membuat bahan kimia lithium di Indonesia Morowali Industrial Park, Sulawesi Tengah. Demikian disadur detikcom dari Reuters, Senin (27/9/2021).
Produsen baterai lithium itu mengatakan pabriknya akan menghasilkan 50.000 ton lithium hidroksida per tahun dan 10.000 ton lithium karbonat per tahun. Tapi belum dijelaskan kapan pabrik dibangun.
Dalam perusahaan patungan yang disebut PT ChengTok Lithium Indonesia, Chengxin akan memperoleh porsi kepemilikan 65%, dan Stellar Investment Pte yang didirikan di Singapura akan memegang 35%.
Seorang pejabat hubungan investor Chengxin mengatakan Stellar adalah afiliasi dari Tsingshan. Sementara Tsingshan tidak memberi tanggapan.
Indonesia sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia telah melarang ekspor bijih nikel mulai tahun 2020. Itu dilakukan untuk memproses lebih banyak sumber daya di dalam negeri dan membangun rantai pasok baterai mobil listrik dari hulu sampai hilir.
Chengxin tidak mengatakan dari mana pabrik lithium mereka akan mendapatkan bahan bakunya. Tetapi analis Daiwa Capital Markets Dennis Ip mengatakan dalam sebuah catatan bahwa Australia yang kaya lithium adalah opsi yang paling mungkin.
“Akan menarik untuk melihat penambang Australia mana yang memiliki sumber daya spodumene cadangan untuk dijual ke Chengxin,” tambah Ip.
Sumber: detik.com