NIKEL.CO.ID – Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade kembali berbicara mengenai persoalan smelter China di Indonesia. Hal itu dia sampaikan di hadapan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi. Pada kesempatan itu, Andre menyebut pengusaha nikel nasional mendapatkan ancaman.
Pertama, dia mengapresiasi langkah cepat Kemendag yang telah mengundang asosiasi pengusaha nikel Indonesia dan asosiasi surveyor untuk mendalami permasalahan yang ada. Tapi kini muncul permasalahan baru.
“Ingin saya sampaikan Pak Menteri, informasi yang saya dapatkan dari teman-teman pengusaha nikel di kita, lokal, nasional, bahwa sekarang orang-orang (pengusaha nikel) yang memberikan laporan ke Kemendag itu terancam tidak diberikan kesempatan oleh smelter-smelter Tiongkok,” kata Andre dalam rapat kerja dengan Mendag, Selasa (21/9/2021).
Pengusaha nikel Indonesia menurut Andre terancam tidak lagi bisa menjual nikel-nikel yang mereka tambang karena smelter China mengancam tidak mau membelinya.
“Jadi intinya apa? ada serangan balik. Jadi orang-orang pengusaha nasional kita yang memberikan data bentuk kezaliman dari smelter-smelter Tiongkok itu, smelter Tiongkok itu melakukan serangan balik. Mereka terancam tidak lagi bisa menjual nikel-nikel nasional kita karena terus terang ekspor ditutup, satu-satunya yang bisa makan nikel itu kan mereka (pengusaha smelter) sekarang,” paparnya.
Dirinya juga menilai Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) perlu menindaklanjuti hal tersebut.
Andre pada rapat kerja dengan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia beberapa waktu lalu sudah mengungkapkan permasalahan yang dialami pengusaha nikel nasional.
Dia mencap smelter pengolahan nikel milik China di Indonesia telah berbuat zalim terhadap pengusaha nikel nasional. Sebab, ore nikel yang ditambang pengusaha nasional dihargai rendah oleh mereka.
Andre melihat adanya kejanggalan. Sebab ketika ore nikel yang ditambang pengusaha nasional memiliki kadar 1,87%, setelah dicek oleh pihak surveyor dari pihak semelter kadarnya turun. Tentu saja semakin rendah kadarnya semakin murah pula harganya.
“Permasalahannya ini yang perlu kita garisbawahi bahwa setelah disurvei sama Sucofindo dan Surveyor Indonesia misalnya kandungan ore-nya 1,8% eh tiba-tiba di smelter itu jadi 1,5% dan semua pengusaha berteriak,” katanya dalam rapat kerja dengan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Senin (30/8/2021).
Sumber: detik.com