Beranda Asosiasi Pertambangan INPI: Harga Bijih Nikel Indonesia Terus Menurun, Tekanan Global Semakin Terasa

INPI: Harga Bijih Nikel Indonesia Terus Menurun, Tekanan Global Semakin Terasa

1093
0
Bagan Harga INPI-SMM 17 April 2025

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Indonesia Nickel Price Index (INPI) melalui Shanghai Metal Markets (SMM Indonesia) – Pasar bijih nikel Indonesia menunjukkan tren penurunan harga yang cukup signifikan pada pekan kedua per 17 April 2025. Berdasarkan data SMM-Indonesia, harga rata-rata bijih nikel laterit kadar 1,2% (FOB) turun sebesar 5,26% menjadi US$ 18/wmt dari sebelumnya US$ 19/wmt. Sementara itu, harga dengan skema CIF juga mengalami koreksi sebesar 3,83% ke angka US$ 25,1/wmt.

Penurunan serupa terjadi pada bijih nikel laterit kadar lainnya. Kadar 1,3% (FOB) kini dihargai rata-rata US$ 19/wmt, menurun 5%, sedangkan untuk pengiriman dengan skema Delivered Duty Unpaid (DDU), harga turun 3,7% menjadi US$ 26/wmt. Bahkan untuk kadar tinggi seperti 1,5% dan 1,6%, harga hanya terkoreksi tipis di bawah 1%, namun tetap mencerminkan lemahnya permintaan global.

Pasokan Stabil, Namun Permintaan Lesu

Meski pasokan dari Indonesia tetap stabil, lemahnya permintaan dari China – sebagai pasar utama – serta tren pelemahan harga logam global menjadi pemicu utama turunnya harga. Nikel Pig Iron (NPI) Indonesia juga mengalami penurunan, dengan harga FOB mingguan untuk kadar 10–12% turun 2,27% menjadi US$ 120,4/mtu.

Harga NPI CIF (termasuk PPN) juga terkoreksi 0,3% menjadi rata-rata USD 120,73/mtu. Sementara ongkos angkut dari Indonesia ke China turun drastis sebesar 10,42% menjadi USD 21,5/ton, menandakan pelemahan aktivitas ekspor.

Produk Antara Justru Menguat

Di tengah tren penurunan bijih dan NPI, segmen produk antara menunjukkan penguatan. Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) Indonesia naik 0,81% menjadi US$ 12.438/mtu, sementara harga Nickel Matte berkadar tinggi melonjak 2,16% menjadi US$ 12.966/mtu.

Tinjauan Industri dan Prospek

Menurut riset SMM untuk industri nikel-kromium-mangan stainless steel, tren ini mencerminkan perlambatan sementara di tengah transisi industri baterai kendaraan listrik global dan kebijakan ekspor yang lebih ketat. Produksi NPI Indonesia menunjukkan pertumbuhan sejak 2021, namun pelemahan harga bisa menjadi sinyal perlunya diversifikasi pasar dan percepatan hilirisasi. (Shiddiq)