
NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Perusahaan pertambangan nikel nasional PT Ceria Nugaraha Indotama (Ceria) telah merencanakan untuk melakukan produksi pertama komoditas feronikel di tahun 2025 ini.
Hal ini sebagaimana dikutip laman PT Ceria Nugraha Indotama per 27 Maret 2025, sebagai perusahaan pertambangan dan pemurnian nikel nasional yang berkomitmen mendukung hilirisasi mineral dalam negeri, Ceria tengah bersiap untuk meluncurkan produksi feronikel pertamanya.
Direktur Utama Ceria, Abdul Haris Tatang, menyampaikan bahwa Pabrik Peleburan Merah Putih yang berlokasi di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, saat ini tengah memasuki tahap akhir persiapan operasional (Project Commercial Operation Date/PCOD) dan dijadwalkan segera beroperasi.

“Tahun 2025 akan menjadi milestone penting bagi Ceria. Setelah melewati berbagai tantangan, kini kami akan segera memulai produksi feronikel perdana,” kata Tatang.
Dia juga mengapresiasi seluruh tim atas kerja keras dan dukungan dari para pemangku kepentingan serta mitra usaha yang telah berkontribusi terhadap pencapaian ini.
“Saya sampaikan terima kasih kepada seluruh pemangku kepentingan, mitra usaha, dan khususnya insan Ceria yang telah menunjukkan dedikasi luar biasa dalam mewujudkan visi Ceria sebagai perusahaan nikel terdepan,” ucapnya dengan gembira.
Selain itu, ia menjelaskan, komitmennya terhadap hasil produk nikel yang berkualitas tinggi (produk nikel hijau) dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan tetap terjaga dengan baik, dan menegaskan bahwa Ceria senantiasa berpegang teguh pada prinsip-prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) dalam seluruh aspek operasionalnya.

“Bagi kami, penerapan prinsip ESG bukan sekadar pilihan, tetapi keharusan. Keberlanjutan lingkungan harus dijaga agar bisnis dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi industri dan masyarakat sekitar,” imbuhnya.
Hal ini sejalan dengan prinsip energi hijau yang diterapkan Ceria dengan memanfaatkan energi bersih yang dipasok oleh PT PLN (Persero). Sejak Oktober 2024, Pembangkit Listrik Tenaga Tongkang (BMPP) Nusantara II berkapasitas 60 MW yang menggunakan bahan bakar solar dan gas telah tersedia untuk memenuhi kebutuhan energi Smelter Merah Putih. Pemanfaatan energi bersih ini merupakan langkah Ceria dalam upaya menciptakan masa depan industri yang lebih ramah lingkungan.
“Salah satu misi utama Ceria adalah menjalankan praktik bisnis yang berkelanjutan. Kami terus berupaya menerapkan praktik ESG terbaik dalam bisnis kami,” tuturnya.

Tatang menambahkan, penerapan energi hijau itu bukanlah tugas yang mudah dan membutuhkan investasi yang signifikan.
“Tetapi kami sangat yakin bahwa keberlanjutan adalah kunci untuk menciptakan industri yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan,” tambahnya.
Dia menuturkan, Ceria berupaya optimal untuk menjalankan operasional industri nikel dengan praktik pertambangan hijau sehingga mampu menjadi perusahaan pertambangan nikel nasional yang handal dan reputasi yang baik di tingkat nasional maupun global.
“Kami berharap pencapaian ini akan membawa Ceria meraih lebih banyak penghargaan dan memperkuat posisinya sebagai perusahaan yang mengharumkan nama Indonesia dalam rantai pasokan mineral strategis, khususnya nikel,” pungkasnya. (Shiddiq)