Beranda Berita International Indonesia-Kanada Dorong Pembahasan Mineral Kritis dalam Perundingan CEPA

Indonesia-Kanada Dorong Pembahasan Mineral Kritis dalam Perundingan CEPA

1096
0
Perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Kanada (Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) yang kini memasuki putaran ke-10, yang berlangsung di Bandung, Jawa Barat. 4 - 8 November 2024. Dok. Kemendag RI.

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Kerja sama di sektor mineral kritis, komponen strategis bagi perkembangan industri teknologi masa depan, menjadi salah satu fokus utama yang dibahas dalam Perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Kanada (Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) yang kini memasuki putaran ke-10, yang berlangsung di Bandung, Jawa Barat. 4 hingga 8 November 2024.

Wakil Menteri Perdagangan RI, Dyah Roro Esti, menyampaikan harapan besar atas hasil perundingan CEPA, yang dihadiri delegasi kedua negara tersebut. Dyah Roro mengatakan, komitmen Indonesia untuk melanjutkan negosiasi dengan semangat konstruktif dan berharap diskusi dapat menghasilkan kesepakatan substansial sebelum akhir tahun.

“Indonesia berkomitmen untuk terus bernegosiasi secara konstruktif dan menghargai fleksibilitas Kanada. Kami optimistis perundingan ini menghasilkan kesepakatan yang akan bermanfaat bagi kedua negara,” ujarnya, sebagaimana siaran pers Kemendag RI yang diterima redaksi nikel.co.id, Jumat (8/11/2024).

Menurutnya, putaran perundingan ini menargetkan penyelesaian isu-isu utama, seperti akses pasar, investasi, pembangunan berkelanjutan, dan mineral kriti hingga area yang sangat strategis bagi Indonesia, mengingat kekayaan sumber daya alamnya, terutama nikel yang menjadi salah satu mineral kritis utama dalam industri baterai kendaraan listrik.

Kerja sama dalam mineral ini diyakini dapat meningkatkan nilai tambah bagi Indonesia sekaligus mendukung tujuan ekonomi berkelanjutan yang diusung oleh kedua negara. Wamendag menekankan pentingnya pendekatan fleksibel dan solusi kreatif dari kedua pihak untuk mengatasi isu-isu kompleks dalam perundingan ini.

“Perundingan memerlukan fleksibilitas dan kreativitas. Menyesuaikan ambisi tidak berarti mengorbankan hasil yang diharapkan, tetapi mencerminkan pendekatan yang seimbang untuk solusi yang dapat diterima kedua belah pihak,” tambahnya.

Pentingnya mineral kritis, khususnya bagi Indonesia yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, menjadi daya tarik utama dalam perundingan ini. Kerja sama strategis di sektor ini akan memberi akses yang lebih luas bagi produk Indonesia di pasar Kanada, sekaligus mendukung industri dalam negeri melalui pengembangan teknologi dan peningkatan daya saing produk ekspor, terutama dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Pada kesempatan tersebut, Wamendag didampingi Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI, Djatmiko Bris Witjaksono, selaku Ketua Delegasi Indonesia, sementara dari pihak Kanada, delegasi dipimpin Associate Assistant Deputy Minister Global Affairs Canada, Aaron Fowler. Kehadiran kedua belah pihak ini menunjukkan komitmen serius dalam memperdalam kerja sama ekonomi kedua negara.

Selain sektor mineral kritis, perdagangan bilateral Indonesia-Kanada juga menunjukkan angka yang cukup signifikan. Data Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa total perdagangan Indonesia-Kanada pada Januari–Agustus 2024 mencapai US$2,4 miliar, dengan komoditas utama ekspor Indonesia meliputi perlengkapan telepon, karet alam, dan produk wisata, sementara komoditas impor dari Kanada didominasi oleh gandum, kedelai, dan pupuk.

Dengan target kesepakatan CEPA yang makin dekat, diharapkan Indonesia dan Kanada dapat memperkuat hubungan perdagangan dan memanfaatkan potensi pasar masing-masing negara secara optimal. Kerja sama di sektor mineral kritis akan membuka peluang baru bagi pengembangan industri masa depan yang berkelanjutan, memperkokoh posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasok mineral global, dan memberikan manfaat ekonomi jangka panjang bagi kedua negara. (Shiddiq)