Beranda April 2024 Analis Kebijakan Ditjen Minerba: Nikel Menjadi Tren Green Energy

Analis Kebijakan Ditjen Minerba: Nikel Menjadi Tren Green Energy

2115
0
Indonesia Mining Conference dengan tema: Reliable Decarbonization and Sustainability Future in Mining, oleh Majalah Tambang, di Westin Hotel, Jakarta Selatan, Selasa (30/4/2024). Dok. MNI

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Analis Kebijakan Ahli Muda Tupokja Mineral dan Batu Bara (Minerba) Direktorat Jenderal (Ditjen) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Azaria Indra Wardhana, mengatakan, nikel akan menjadi salah satu tren penggunaan untuk green energy.

Hal ini disampaikan dalam acara Indonesia Mining Conference dengan tema: Reliable Decarbonization and Sustainability Future in Mining, yang diselenggerakan oleh Majalah Tambang, di Westin Hotel, Jakarta Selatan, Selasa (30/4/2024).

“Beberapa komoditas ini memamg nanti akan menjadi tren penggunaan untuk green energy yang pertama dari nikel, tembaga, bauksit, timah, emas dan perak, besi dan batu bara,” kata Azaria dalam pemaparannya tersebut.

Menurutnya, ada dua agenda energi kedepannya, yaitu gambaran industri minerba dan strategi pengelolaannya.

“Kondisi kita sekarang, jadi data cadangan kita, sumber daya kita yang akan kita gunakan untuk ketahanan energi kita dan plan-nya mungkin sampai 2060,” ujarnya.

Dia menuturkan, saat ini dan kedepannya batu bara masih menjadi mayoritas dalam penggunaan energi dan potensi batu bara masih sangat besar sebesar 97,29 miliar ton.

“Cadangan kita masih ada 31,71 miliar ton. Ibarat kalau mau dibakar 100 tahun lagi masih bisa,” tuturnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, Indonesia memiliki cadangan komoditas mineral yang cukup melimpah dan memiliki peran yang strategis dan penting bagi pembangunan di Indonesia.

“Untuk sumber daya bijih nikel sebesar 18,55 miliar ton dan cadangan sebesar 5,32 miliar ton. Kemudian sumber daya ingot sebesar 184,6 juta ton dengan cadangan sebesar 56,1 juta ton,” jelasnya.

Sedangkan untuk sumber daya tembaga, ia memaparkan, ada sebesar 16,52 miliar ton dengan cadangan sebesar 2,84 miliar ton. Kemudian, sumber daya ingot sebesar 70,6 juta ton dengan cadangan sebesar 21,4 juta ton. Untuk sumber daya bauksit sebesar 6,21 miliar ton dengan cadangan sebesar 3,13 miliar ton dan sumber daya ingot sebesar 1,123 juta ton dengan cadangan sebesar 534 juta ton.

“Sumber daya timah sebesar 8,08 miliar M3 dengan cadangan sebesar 6,36 miliar M3 dan sumber daya ingot sebesar 2,47 juta ton dengan cadangan 1,37 juta ton,” paparnya.

Selain itu, Azaria juga menyinggung perihal realiasasi produksi dan penjualan bauksit tahun 2019 – 2023, realisasi DMO batu bara tahun 2023, peran mineral dan bau bara dalam transisi energi. Kemudian peran pertambangan dalam mendukung transisi energi, strategi hilirisasi mineral, dan pembangunan fasilitas pemurnian mineral terintegras, perkembangan pembangunanfailitas pemurnian mineral terintegrasi hingga strategi penurunan emisi gas rumah kaca pada sektor pertambangan minerba.

Sementra, Direktorat Bioenergi – Ditjen EBTKE, Edi Wibowo menyampaikan pemaparannya antara lain, implementasi mandatori B35 dan uji penggunaan sektor tambang. Kemudian program mandatori biodiesel, ditambah implementasi program mandatori biodiesel hingga road test B40 (2022).

Untuk road test B40 (2022) yang bermula dalam kajian dan uji teknis B40 (tahun 2021) menghasilkan rekomendasi utama dari kajian adalah diperlukan uji jalan (road test) B40 serta sosalisasi B40 dengan melibatkan seluruh stakeholder untuk memperoleh keberterimaan dan rekomendasi teknisi pemanfaatn B40.

“Uji jalan test B40 dengan bahan bakar yang digunakan dalam road tes B40, yaitu B30D10 mencapai 30% biodiesel (B100) ditambah 10% diesel nabati/HVO (D100) ditambah 60% solar (B0) dan B40 mencapai 40% biodiesel (B100) ditambah 60% solar (B0),” tutur Edi. (Shiddiq)