Beranda Berita Nasional Bahlil: Hilirisasi Kunci Indonesia Jadi Negara Maju

Bahlil: Hilirisasi Kunci Indonesia Jadi Negara Maju

167
0
Menteri Investasi dan Kepala BKPM Bahlil Saat Pidato di UGM. Foto BKPM

NIKEL.CO.ID, 24 AGUSTUS 2023 – Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menyebutkan, tidak ada cara yang lain untuk Indonesia bisa dengan cepat menjadi negara maju kecuali kuncinya dengan industrialisasi melalui hilirisasi.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Investasi dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia ketika menghadiri acara wisudawan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Kampus UGM Yogyakarta baru-baru ini.

“Tak hanya keluar dari middle income trap, Indonesia juga optimis menjadi negara maju dengan hilirisasi dan untuk Indonesia menjadi negara maju tidak ada cara lain, hilirisasi harus kita bangun. Kita sudah susun Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis sampai 2040 yang membutuhkan investasi sebesar US$545,3 miliar. Kalau ini tidak kita lakukan, negara kita akan tetap berjalan di tempat,” sebut Bahlil sapaan akrabnya kepada awak media.

Menurutnya, ekonomi tak boleh hanya bertumpu pada konsumsi saja namun ekonomi Indonesia harus didorong pada bidang investasi, terutama pada program hilirisasi. Sehingga kebijakan kedepan haruslah tetap diarahkan kepada program prioritas utama.

“Kita akan mendorong kepada hilirisasi. Dunia sekarang sudah mendorong kepada green energy dan green industry untuk menurunkan emisi. Indonesia sekarang kita dorong ke hilirisasi,” ucapnya.

Dia menuturkan, karena tanpa hilirisasi mustahil ekonomi Indonesia bisa melompat jauh dan bernilai tambah. Sehingga dengan hilirisasi industri maka nilai tambah industri akan berkali-kali lipat. Menurutnya tanpa adanya hilirisasi maka Indonesia hanya akan menjadi negara pengekspor barang-barang mentah.

“Nah ini peluang usahanya disini. Ke depan kita mendorong yang namanya hilirisasi. Total ekspor nikel pada pada tahun 2017 itu hanya US$3,3 miliar, begitu kita larang ekspor pada tahun 2020, dan kita bangun hilirisasi, sekarang nilai ekspor kita mencapai US$30 miliar. Naiknya sepuluh kali lipat ketimbang kita belum melakukan hilirisasi,” tuturnya.

Bahlil juga memaparkan, bahwa saat ini negara-negara maju sudah tidak lagi bertumpu pada konsumsi sebagai instrumen pertumbuhan ekonomi mereka.

“Negara-negara maju sudah menjadikan investasi (hilirisasi) sebagai instrumen pertumbuhan,” paparnya.

Guna menindak lanjuti mengejar mimpi dan cita-cita Indonesia menjadi negara maju tersebut maka pemerintah melalui kementerian dan lembaga negara bersinergi untuk saling menopang dan menguatkan mencapai tujuan itu. Salah satunya melalui Kementerian Investasi dan BKPM mengimplementasikan program hilirisasi dengan mendorong pembangunan ekosistem Battery Electric Vehicle (BEV).

Pembangunan ekosistem BEV ini untuk menyerap produk hilirisasi itu sendiri berupa komoditi nikel setengah jadi, hingga end product yaitu BEV. BEV ini dibutuhkan oleh industri otomotif yang telah beralih ke transisi ramah lingkungan atau green energy dari energi fosil ke energi baterai listrik.

Indonesia yang merupakan pemilik sumber daya alam, salah satunya mineral logam nikel yang terkaya di dunia adalah potensi yang besar untuk menjadi negara maju. Untuk mencapainya maka program hilirisasi adalah salah satu kunci untuk membuka jalan tersebut. Sehingga terciptalah kebijakan turunan dari hilirisasi berupa Pelarangan Ekspor Bahan Mentah, seperti Bijih Nikel, Tembaga, Bauksit dan sebagainya.

Dari pelarangan ekspor bijih mentah itu, setiap perusahaan tambang diwajibkan membangun smelter untuk mengolah bijih mentah seperti nikel menjadi produk setengah jadi hingga end product dan baru boleh di ekspor produk setengah jadi hingga end produk untuk memenuhi industri global di luar negeri. Hasil ekspor produk hilirisasi itu telah meningkatkan lonjakan pendapatan negara yang sangat signifikan.

Seiring dengan hal itu, beberapa hari lalu Menteri Bahlil menghadiri pertemuan forum AIA (ASEAN Investment Area) Council, yang dia ketuai sendiri. Dalam forum itu, ia menyampaikan optimismenya terkait industri kendaraan listrik (Electric Vehicle-EV) di kawasan ASEAN dan pentingnya kolaborasi antara negara anggota ASEAN dalam pengembangan ekosistem EV dalam  sesi Pertemuan ASEAN Economic Ministers’ (AEM) Meeting – AIA (ASEAN Investment Area) Council di Semarang, Sabtu (19/8/2023) lalu.

Menurutnya, ASEAN harus terus meningkatkan capaiannya yang luar biasa dalam menarik investasi hijau dan berkelanjutan, dalam hal ini terkait dengan pengembangan EV. Apalagi, pada tahun 2022, investasi dunia yang terkait dengan EV di ASEAN meningkat tajam hingga 570% mencapai US$18 miliar. Namun, dia mengingatkan pentingnya untuk merumuskan formulasi bersama untuk pengembangan ekosistem EV di ASEAN.

“Kami juga menyepakati pentingnya melakukan satu formulasi untuk pembangunan ekosistem energi baru terbarukan, kemudian menurunkan emisi, dan perlu melakukan penekanan terhadap ekosistem mobil listrik ini menjadi satu bagian terpenting. Karena Indonesia mengembangkan sendiri, Malaysia sendiri, Vietnam, Thailand, hampir semua negara sedang mengembangkan ekosistem EV. Dan ini adalah bagian terpenting yang kita rumuskan,” ujarnya.

Bahlil menuturkan, kawasan ASEAN terbukti menjadi tujuan utama investasi pengembangan ekosistem EV, hal ini terlihat di hampir semua negara anggota ASEAN telah memiliki program untuk mengembangkan EV. Ditambah lagi, sepuluh produsen EV global teratas semuanya hadir di ASEAN dan 9 dari 10 produsen baterai listrik aktif berinvestasi di kawasan ASEAN.

Dalam pertemuan ASEAN Economic Ministers’ (AEM) Meeting – AIA (ASEAN Investment Area) Council, hadir Menteri Investasi, Deputi Direktur Jenderal Badan Investasi Asing, Kementerian Perencanaan dan Investasi Vietnam, Nguyen Anh Tuan, menyampaikan, terdapat tren potensial untuk negara anggota ASEAN berkolaborasi mengembangkan investasi, khususnya FDI (Foreign Direct Investment) di sektor ekosistem EV.

Nguyen menyampaikan perlunya solidaritas dan kolaborasi yang efektif dalam mengembangkan sektor potensial seperti EV agar bisa secara positif memberikan kontribusi pada pembangunan berkelanjutan.

“Saya percaya bahwa ASEAN mampu menjadi daerah yang mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dan saya sepenuhnya setuju dengan Ketua bahwa untuk menarik FDI dan juga untuk mengembangkan sektor potensial seperti kendaraan listrik, kita tidak bisa melakukannya sendiri, kita perlu bekerja sama,” tuturnya.

Forum AIA Council ini adalah salah satu jalan untuk melebarkan ekosistem BEV secara regional oleh BKPM sehingga memudahkan program hilirisasi Indonesia dapat tercapai melalui ekosistem BEV dibidang investasi kedepan.

Pertemuan AIA Council yang ke-26 ini merupakan bagian dari ASEAN Economic Ministers’ (AEM) Meeting yang dihadiri oleh perwakilan dari sepuluh negara ASEAN yang membidangi terkait isu investasi. (Shiddiq)

Artikulli paraprakIEE Series 2023 Hadirkan 8 Pameran Berskala Internasional pada September Ini
Artikulli tjetërIndonesia Kalah Gugatan UE di WTO, Bahlil: Reaksi Jokowi, Lawan!