
NIKEL.CO.ID, 21 AGUSTUS 2023- Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA), Djoko Widajatno menilai kedepan sebanyak 132 smelter nikel yang akan dibangun. Tahun 2025 direncanakan sebanyak 22 smelter tambahan.
Dari ratusan jumlah smelter yang akan ada di Indonesia setidaknya akan memproduksi nikel hampir 500 juta ton nikel per tahun.
Untuk itu, dirinya meminta pemerintah untuk berfikir ulang mengenai pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel yang baru. Khususnya untuk jenis smelter penghasil Nikel Pig Iron (NPI) dan Fero Nikel (FeNi).
Pembatasan pembangunan smelter nikel baru itu sebagai upaya untuk mempertahankan cadangan bijih nikel di tanah air. Maklum, jika tak dibatasi, umur cadangan bijih nikel Indonesia ditaksir hanya bertahan 5 sampai 7 tahun.
“Akan tetapi kondisinya sekarang dengan adanya integrated smelter dan stand alone smelter jumlah integrated itu 22 sampai dengan rencana 28 dan yang integrated itu kalau semuanya jadi 104 berarti ada 132 smelter. Nah kalau kita lihat 132 dibanding 22 smelter yang direncanakan tentu kebutuhan bijihnya itu akan melambung 4 kali jadi 497 atau 400 juta wet ton nikel ini yang menyebabkan umurnya jadi 7 tahun,” jelas Djoko dikutip Nikel.co.id melalui program Mining Zone CNBC, Senin (23/8/2023).
“Tapi ini kan hitungan akhir yang diperkirakan selesainya nanti yang 136 (smelter) itu di tahun 2025. Sementara ini masih di kisaran 200 juta ton, jadi saya yakin masih bisa 7 tahun dengan fungsi yang sekarang,” tambahnya.
Dengan begitu, dia mengharapkan Indonesia bisa membangun industri hilirisasi nikel lebih jauh lagi. Walaupun memang masih ada permasalahan yakni pembangunan industri lanjutan yang membutuhkan waktu hingga 4 tahun sedangkan cadangan nikel kian menipis.
“Jadi harapannya membangun industri hilirisasi selesai, tapi industri berikutnya kita siapkan dan mudah-mudahan selesai dan masih kebagian bahan baku harapannya gitu. Karena bangun industri kan 3 tahun 4 tahun. Nah kalau 7 tahun kan cuma 2 kali umur bahan yang ada kan,” tandasnya. (Lili Handayani)