Beranda Berita Nasional Luncurkan Buku Perdana, Elisa Sugito Kupas Pentingnya Nikel di Mata Dunia

Luncurkan Buku Perdana, Elisa Sugito Kupas Pentingnya Nikel di Mata Dunia

382
0
Penulis Elisa Sugito saat peluncuran buku Nikel Indonesia yang bertema 'Kunci Perdagangan Internasional'. (Foto: Chiva/Nikel.co.id)

NIKEL.CO.ID, 26 JUNI 2023 – Memiliki latar belakang seorang pengacara perdagangan internasional menjadi awal Elisa Sugito menerbitkan buku Nikel Indonesia: Kunci Perdagangan Internasional. Buku yang diluncurkan pada Sabtu (24/06/2023) di Gramedia Central Park, Jakarta Barat, berisi pandangan tentang alasan di balik pentingnya nikel di mata Uni Eropa dan dunia saat ini, serta perkembangan nikel menjadi komoditas yang diperhitungkan, dan posisi Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia.

Dalam acara, wanita 31 tahun tersebut mengingatkan pemerintah untuk mematuhi peraturan yang ditetapkan bagi negara anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atau WTO Rules terkait ekspor nikel. Pemerintah Indonesia disarankan mencermati WTO Rules itu agar bisa beradaptasi terhadap WTO Rules demi kebermanfaatan bagi masyarakat.

“Dari WTO Rules, perlu pengkajian ulang terkait pelarangan ekspor bijih nikel. Kalau merujuk WTO Rules memang pelarangan eskpor di semua negara tidak boleh, tapi juga ada larangan ekspor dibolehkan (oleh WTO). Ada celahnya,” ungkap Elisa kepada wartawan usai peluncuran buku.

Ia menilai, pemerintah Indonesia bisa saja mencontoh Tiongkok terkait celah WTO Rules. Digambarkannya bagaimana Negara Tirai Bambu itu beradaptasi terhadap WTO Rules untuk memajukan negaranya,

“Kalau kita main halus bisa kok kayak China. Karenanya, pelajari dulu WTO Rules enam tahun. Kajian itu kadang dilupakan. Ketika bisa mainkan celah hukum WTO, kita bisa maju seperti China,” argumen wanita yang juga menjabat Sekretaris Jenderal di Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) IBLAM.

Ia menganalisis, China yang baru masuk WTO pada 2001 dapat berkembang ketimbang Indonesia. Padahal, Pemerintah Indonesia sudah menjadi anggota WTO sejak 1995. Ia menduga hal ini salah satunya disebabkan Indonesia tidak patuh pada aturan WTO itu sendiri.

“Indonesia sudah lama jadi anggota WTO, sejak 1995, tapi kenyataannya Indonesia nggak tunduk dengan aturan WTO,” ujar lulusan International Trade Law Universitas Indonesia (UI) dengan berpredikat cum laude itu.

Elisa yang kini tengah menyelesaikan studi lanjutan MBA Digital Business di EU Business School menegaskan, peluang Indonesia untuk menang dalam banding ekspor bijih nikel melawan Uni Eropa di WTO sangatlah besar. 

Keputusan Panel WTO memang sudah keluar pada 17 Oktober 2022. Hasilnya kebijakan larangan ekspor bijih nikel Indonesia dinilai telah melanggar Pasal XI.1 GATT 1994 dan tidak dapat dijustifikasi dengan Pasal XI.2 (a) XX (d) GATT 1994. Atas putusan tersebut, Pemerintah Indonesia mengajukan banding.

Peluncuran buku Nikel Indonesia tersebut dihadiri Direktur Promosi Wilayah Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika dari Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Cahyo Purnomo, pejabat Kemendag, Arie Rahmatika, Presidium MN KAHMI, Sutomo, Ketua Bidang Konservasi Energi MN KAHMI, Farid Djavar, dan Direktur Eksekutif FDN, Justin Jogo. 

Tampak Hakim Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) 2013-2015, Hamdan Zoelva, dosen Hukum Internasional UI, Arie Afriansyah, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Nurul Ichwan, dan Ketua Umum PB HMI, Raihana menyampaikan penilaian yang sangat positif bagi terbitnya buku ini.

“Buku ini menarik dan penting dibaca karena membahas isu hukum perdagangan internasional mengenai nikel sebagai salah satu SDA strategis bagi masa depan pengguna energi dunia, khususnya pengguna listrik,” puji Hamdan Zoelva dalam halaman buku Nikel Indonesia.

Sementara, Nurul Ichwan menyampaikan bahwa buku Nikel Indonesia memberi gambaran komperhensif yang nyata tentang perbenturan kepentingan ekonomi nasional berbasis hilirisasi komoditas unggulan, nikel, dengan hegemoni globalisasi yang dipimpin oleh negara maju pemilik kapital dan teknologi.

“Buku ini sangat menarik untuk dijadikan referensi atas kemungkinan munculnya kasus serupa dengan komoditas yang berbeda di masa mendatang,” ungkap Nurul Ichwan.

Prof. Hikmanto Juwana S.H., LL.M, Ph.D serta H. Ilham Akbar Habibie memberikan kata pengantar pada buku terbitan Gramedia Pustaka Utama ini.

Buku Nikel Indonesia tidak hanya membahas sengketa perdagangan Uni Eropa dan Indonesia, tapi juga mempertanyakan mengapa nikel begitu penting di mata Uni Eropa dan dunia kini. Bagaimana perkembangan nikel hingga menjadi komoditas yang diperhitungkan dan bagaimana Indonesia mencoba melepas hegemoni barat dalam perdagangannya?. Nilai strategis apa yang dapat diberikan dari komoditas nikel?.

“Materi utama buku ini berasal dari penelitian tesis penulis di Jurusan Hukum Perdagangan Internasional (HPI) Program Magister Ilmu Hukum Univesitas Indonesia, dengan judul ‘Implikasi Pelaksanaan Larangan Ekspor Ore Nikel Indonesia Berdasarkan General Agreement On Tariffs and Trade 1994,’. Dalam penelitian, ditemukan fakta bahwa negara yang melakukan pelarangan ekspor dapat disalahkan berdasarkan aturan WTO, tetapi ada juga negara yang tidak dapat disalahkan asalkan sesuai dengan ketentuan General Exception,” ujar Elisa.

Adapun maksud diterbitkan buku Nikel Indonesia ini sebagai upaya diseminasi gagasan sekaligus membuka ruang dialog terhadap pemanfaatan SDA agar seluruh pihak terbuka dengan persoalan yang dihadapi negerinya. Dengan demikian, manfaat keilmuan, khususnya dalam bidang hukum perdagangan internasional, tidak akan ditinggalkan. Dan, yang paling utama buku ini memberikan pemahaman bagaimana perdagangan hukum perdagangan internasional bekerja dalam ketidakpopulernya dan menunjukkan perannya dalam pengaturan perdagangan barang dan jasa internasional (Global Value Chain in Trade).

Reporter: Lili Handayani

Editor: Rusdi Dj.

Artikulli paraprakDirektur HSE NCKL Berterima Kasih kepada Kemenaker RI Raih Sertifikat Emas K3
Artikulli tjetërNyali Jokowi Dipertanyakan, Gara-gara Pemerintah Keluarkan Relaksasi Konsentrat PTFI