NIKEL.CO.ID, 13 April 2023 – Kepala Pusat Industri Perdagangan dan Investasi, Institute for Development of Economic and Finace (Indef), Andry Satrio Nugroho mengatakan, investasi smelter nikel masih didominasi oleh perusahaan asal China. Hal ini terjadi karena adanya insentif sebagai perangsang bagi investor masuk ke Indonesia.
“Sejak diberlakukan larangan ekspor ore nikel oleh pemerintah, jika kita berbicara mengenai smelter nikel, yang paling banyak investasi dari China. Hal ini terjadi karena adanya insentif yang diberikan pemerintah,” kata Andry Satrio Nugroho kepada nikel.co.id, Kamis (13/4/2023).
Menurut Andry, dari insentif tersebut dapat menarik minat perusahaan internasional dari berbagai negara yang datang untuk menanamkan invesatsinya ke Indonesia. “Makanya kenapa banyak sekali pelaku industri di smelter ini berbondong-bondong, terutama dari China masuk ke Indonesia,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menguraikan, program hilirisasi nikel berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional, seperti penerimaan pajak dari industri nikel cukup signifikan. Kemudian keuntungan industri nikel juga berdampak secara regional.
Akan tetapi ada dampak negatifnya di sektor industri nikel. Dia menilai salah satunya adalah masalah limbah yang masih menjadi persoalan dalam proses pengolahannya. Kemudian nasib para nelayan tradisional yang terdampak pabrik indsutri pengolahan smelter di sekitar wilayah industri.
“Banyak yang kehilangan mata pencarian karena pencemaran dari aktivitas pengolahan nikel,” urainya.
Ia menambahkan, dampak negatif itu juga dialami di sektor tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja lokal di wilayah sekitar industri smelter tidak terlalu banyak. Sedangkan permintaan tenaga kerja asing sangat besar, sehingga industri nikel didominasi oleh tenaga kerja asing.
“Ini menurut saya menjadi salah satu tantangan yang perlu diperhatikan oleh pemerintah bahwa investasi di sektor ini masih meninggalkan dampak-dampak yang tidak terlalu baik, terutama dari sisi Enviromental, Social and Governance (ESG),” tambahnya.
Andry memaparkan mengenai kebijakan hilirisasi nikel yang berhubungan dengan bahan galian tambang logam itu mengalami peningkatan pertumbuhan per kapita secara regional. Seperti di daerah Sulawesi dan Maluku yang mengalami peningkatan yang sangat pesat.
“Kalau kita melihat di tahun 2020, di mana ketika adanya covid-19 di wilayah-wilayah tersebut pertumbuhannya mengalami double dijit. Jadi kita bisa melihat bahwa mengenai pertumbuhan, ada dampaknya sehingga saat ini dari segi realisasi investasi itu juga dominan di sektor-sektor seperti ini,” paparnya. (Shiddiq)