Beranda Berita Nasional IBC Komitmen Menjadikan Indonesia sebagai Negara Penghasil Baterai EV

IBC Komitmen Menjadikan Indonesia sebagai Negara Penghasil Baterai EV

309
0
Indonesia Battery Corporation (IBC). (foto: Instagram IBC).

NIKEL.CO.ID, 11 APRIL 2023-Indonesia Battery Corporation (IBC) memastikan proyek pengembangan baterai kendaraan listrik di Tanah Air akan terus berlanjut. IBC berkolaborasi dengan Contemporary Ampere TechnologyCo. Limited (CATL) dan LG Energy Solutions (LGES). 

Sebelumnya, sempat beredar kabar kerja sama antara IBC melalui PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) dan LGES mandek.  Namun, kedua perusahaan telah berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama mereka. Apalagi, LGES bertemu dengan Kementerian BUMN pada 7 Februari. Perubahan konsorsium LGES juga berpeluang terjadi di tengah keberlangsungan proyek. 

Sementara itu, Corporate Secretary IBC, Muhammad Sabik mengatakan, IBC tentu berkomitmen menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil baterai kendaraan listrik melalui hilirisasi baterai terintegrasi. Untuk mewujudkan rencana tersebut, IBC menjalin kemitraan strategis dengan dua mitra pemain baterai global yakni CATL dan LGES. 

“Sampai saat ini proses penjajakan sedang memasuki tahap pendalaman dan kelayakan kerja sama dari industri hulu ke hilir,” ujar Sabik, Selasa (11/4/2023).

Sabik melanjutkan, proses pelaksanaan pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik terintegrasi oleh IBC diharapkan dapat dimulai pada akhir 2023. Proyek tersebut diperkirakan selesai pada 2025 atau 2026.

Pihak IBC menginformasikan, pengembangan industri baterai kendaraan listrik dilakukan dengan memanfaatkan potensi nikel dan bahan baku baterai lainnya yang ada di Indonesia.

“Hilirisasi ini dimulai dari pemurnian dan pengolahan nikel, prekursor dan katoda, serta baterai sel hingga daur ulang baterai tersebut,” kata Sabik. 

Mengacu pada pemberitaan sebelumnya, total investasi untuk pengembangan industri baterai kendaraan listrik IBC mencapai Rp 217 triliun. Secara khusus, investasi baterai kendaraan listrik IBC terdiri dari investasi untuk pertambangan Rp4,6 triliun, investasi proyek peleburan dan pemurnian Rp94,25 triliun, investasi produksi prekursor dan katoda Rp34,8 triliun, dan investasi sel baterai Rp59,45 triliun.

Selain itu, masih ada investasi untuk daur ulang Rp0,4 triliun dan investasi sistem penyimpanan energi Rp 0,6 triliun. (Lili Handayani)

Artikulli paraprakAS Kucilkan Nikel Indonesia, Ini Pandangan Kemendag dan APNI
Artikulli tjetërSekjen Hipmi: Pembatasan Instalasi Solar Panel Tidak Menguntungkan Pengusaha