Beranda Berita International Harga Nikel Melesat Tinggi, Pemerintah Indonesia belum Bergeming

Harga Nikel Melesat Tinggi, Pemerintah Indonesia belum Bergeming

559
0
Harga Nikel Melesat Tinggi, Pemerintah Indonesia belum Bergeming
Foto : Diagram LME

NIKEL.CO.ID, Jakarta, 21 Januari 2022 – Harga Nikel dunia semakin menguncang tinggi, dan memecah rekor dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut data riset diagram Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), harga nikel tahun 2022 merupakan harga tertinggi dibandingkan tahun 2021. Pada Januari, harga nikel sebesar US$17.847,6 per ton. Kemudian Febuari US$18.568,0 per ton, Maret US$16,460,7 per ton, April US$16.480,7 per ton, dan Mei US$17,605,7 per ton. Sementara Juni, sebesar US$17,943,2 per ton, Juli US$18.817,0 per ton, Agustus US$19,160,4 per ton, September US$19,389 per ton, Oktober US$19,420,0 per ton, November US$19,964,3 per ton, dan pada Desember sebesar US$20,053,2 per ton.

Pada Jumat (21/1/2022) pukul 15.38 WIB dilihat melalui bursa dagang dunia London Metal Exchange (LME) harga nikel US$23.895 per ton. Harga tersebut lebih tinggi dari harga penutupan kemarin, Kamis (20/1/2022) sebesar US$22.310 per ton.

Semakin tingginya harga karena banyaknya permintaan nikel, mengakibatkan kurangnya stok nikel di gudang bursa dagang dunia London Metal Exchange (LME). Dan harga ini akan terus naik sampai hari hara Imlek mendatang.

Menurut laporan yang dirilis oleh Biro Statistik Logam Dunia (WBMS) pada hari Rabu, (19/1/2022), pasar nikel global mengalami kekurangan pasokan 135.700 ton dari Januari hingga November 2021. Pada tahun 2020, pasar nikel kelebihan pasokan 84.000 ton.

Dari Januari hingga November 2021, produksi nikel rafinasi global mencapai hampir 2,55 juta ton, dan terlihat secara global permintaan meningkat 462.000 ton tahun-ke-tahun (yoy) menjadi sekitar 2,68 juta ton.
Sementara itu, dari Januari hingga November 2021, produksi nikel kilang China meningkat 79.000 ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Di Indonesia, permintaan nikel naik 240.000 ton; output nikel dari smelter Indonesia naik 38% yoy menjadi 786.100 ton, sedangkan permintaan meningkat 84% menjadi 364.900 ton.

Sebagai negara yang memiliki cadangan dan penghasil nikel terbesar di dunia, Indonesia bisa menjadi “juru kunci” fluktuasi harga nikel global. Karena, negara-negara produsen stainless steel membutuhkan nikel dari Indonesia.
Namun, Pemerintah Indonesia menghentikan aktivitas ekspor nikel dalam bentuk raw material, karena akan dinaikkan nilai tambahnya di dalam negeri melalui program hilirisasi industri. Selain pemerintah sedang mengencangkan program baterai untuk kebutuhan kendaraan listrik.

Toh, kalaupun masih ada yang mau mengekspor nikel, pemerintah mewacanakan akan mengenakan pajak progresif kepada eksportir nikel dalam negeri.

Ibarat orang sedang bermain layang-layang, pemerintah terus maju-mudur seraya berusaha mengatur tata niaga nikel di Indonesia. Memang smelter sudah banyak berdiri di Indonesia, namun tidak semuanya mau menyerap nikel dari penambang, khususnya nikel kadar rendah. Belum masih adanya persoalan harga pembelian nikel yang tidak berdasarkan ketentuan Harga Patokan Mineral (HPM). (Fia/Syarif)

Artikulli paraprakStrategi Indonesia menuju Negara Produsen EV
Artikulli tjetërHoaks! Daftar Pencabutan Perusahaan dan IUP yang Beredar di Publik