NIKEL.CO.ID – Vietnam menjadi salah satu negara di Asia yang industri dan ekonominya tumbuh pesat. Banyak investor asing mau menanamkan modal dan membangun pabrik di sana.
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan, pertumbuhan ekonomi Vietnam salah satunya bisa melesat karena bergabung dalam perjanjian Trans Trans Pacific Partnership (TPP) atau Kemitraan Trans Pasifik.
TPP merupakan sebuah blok perdagangan bebas beranggotakan 12 negara yaitu Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Selandia Baru, Meksiko, Chile, Peru, dan empat negara Asia Tenggara: Malaysia, Singapura, Brunei, dan Vietnam.
Sementara Indonesia hingga kini belum bergabung ke dalam TPP. Berdasarkan catatan kumparan, Kementerian Perindustrian pernah menilai Indonesia belum siap bergabung. Banyak yang harus dibahas dan negosiasikan sehingga baru bisa bergabung dalam TPP pada 2022 mendatang.
Apalagi, Indonesia merupakan negara demokratis yang perlu persetujuan DPR untuk bisa bergabung dalam perjanjian perdagangan bebas.
Sementara Vietnam kebalikannya, bukan negara demokratis yang memerlukan persetujuan parlemen untuk perjanjian seperti itu. Vietnam sangat diuntungkan dengan masuknya para investor ke negara tersebut.
“Tiba-tiba ada banyak investasi terutama untuk elektronik datang ke Vietnam. Saya menghitung, setidaknya USD 8 miliar dalam dua tahun saat itu,” katanya dalam dalam diskusi Inaugural Indonesia Policy Dialogue ‘The Future of Indonesia’s Foreign Trade‘ secara daring, Kamis (22/4/2021).
Kejar Ketertinggalan, Indonesia Andalkan Nikel
Lufti mengatakan, sebenarnya tidak ada alasan bagi Indonesia kalah dari Vietnam, sebab negara ini memiliki banyak sumber daya yang bisa menjadi nilai ekonomi dan tempat bagi banyak investor.
Indonesia memiliki tambang nikel dan kobalt terbesar di dunia. Komoditas ini merupakan bahan baku utama baterai kendaraan listrik (EV Battery) yang tengah dikembangkan dari sektor hulu hingga hilirnya. Indonesia akan menjadi produsen EV Battery untuk memenuhi rantai pasokan global (global chain supply).
“Jadi sekarang yang membedakan Vietnam dan Indonesia adalah (investasi) Indonesia yang tumbuh dari hulu. Sementara Vietnam ada tengah-tengahnya,” ujarnya.
Lufti mengatakan, dalam waktu dekat di Indonesia juga akan unggul di bidang manufaktur baja tahan karat dan akan menjualnya ke China. Hal ini juga akan diikuti oleh produk stainless steel untuk otomotif dari produk turunan nikel.
“Jadi kami mengambil studi, agar dapat menarik investasi, kami harus membuka pasar kami. Orang-orang datang dan berinvestasi,” ucap Lufti.
Seperti diketahui, saat ini Indonesia membangun perusahaan patungan bernama Industri Baterai Indonesia (IBI) untuk mengolah baterai kendaraan listrik dari hulu hingga hilirnya.
IBI terdiri dari PT Antam Tbk (Persero), MIND ID yang merupakan induk Holding BUMN Tambang, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan dua perusahaan asing yaitu CATL dan LG Chem. Keduanya berasal dari China dan Korea Selatan.
Sumber: KUMPARAN