NIKEL.CO.ID – Harga komoditas nikel dipercaya masih akan terus menunjukkan tren positif yang disebabkan oleh beberapa sentimen yang mendukungnya. Salah satu sentimen itu adalah produksi baja stainless steel di Cina yang meningkat, sehingga kebutuhan akan nikel juga akan mengalami penguatan.
Produksi baja stainless Cina telah naik sampai dengan 2,3 juta ton pada bulan Mei, dibandingkan pada bulan Februari yang jumlah produksinya masih di kisara 1,9 juta ton. Hal ini menyebabkan persediaan nikel di London Metal Exchange (LME) berkurang sampai dengan 12,4 persen jadi 228.000 wet metric ton. Harganya pun menjadi naik sebanyak 14,9 persen di angka USD18.769 per ton.
Sementara itu, jumlah produksi nikel pig iron Cina mengalami penurunan cukup tajam sejak bulan September tahun lalu, sebesar 38.900 ton. Adapun penyebab penurunan itu adalah karena kebijakan pemerintah Indonesia yang melarang ekspor bijih nikel ke luar negeri dan juga pemerintah Filipina yang memutuskan untuk menutup tambang nikel mereka. Diperkirakan defisit atas komoditas nikel pig iron sekitar 56.100 ton sampai 67.300 ton sampai dengan tahun depan.
Di sisi lain, Rusia yang merupakan penyumbang 10 persen cadangan nikel dunia juga akan menerapkan kebijakan baru soal pajak ekspor nikel. Diketahui peningkatan pajak ekspor nikel tersebut sebesar 15 persen yang bertujuan untuk menstabilkan harga nikel di pasar domestik.
Dari sejumlah kebijakan pemerintah Indonesia, Filipina dan Rusia, serta adanya aksi mogok massal di tambang Vale Sudbury, akan mampu mengerek harga nikel dunia semakin tajam untuk jangka pendek. Harga nikel rata-rata sampai dengan tahun depan akan berada di kisaran USD17 ribu per ton sampai USD18 ribu per ton.
Sumber: duniatambang.co.id