NIKEL.CO.ID, JAKARTA- Harga nikel global masih menunjukkan pergerakan campuran menjelang penutupan bulan Juni 2025.
Berdasarkan Indonesia Nickel Price Index (INPI) untuk minggu keempat atau periode 30 Juni 2025, sebagian besar produk turunan nikel mengalami perubahan harga, dengan kecenderungan naik pada produk hilir, sementara produk hulu seperti bijih nikel dan Nickel Pig Iron (NPI) cenderung stagnan atau turun.
Harga bijih nikel kadar 1,2% dengan sistem pembayaran Cost, Insurance, and Freight (CIF) masih stabil di kisaran US$24–US$26 per ton, dengan rata-rata tetap di angka US$25.
Tidak ada perubahan harga dibandingkan minggu sebelumnya, menunjukkan kondisi pasar yang relatif seimbang untuk bijih kadar rendah.
Harga bijih nikel kadar menengah 1,6% CIF juga tetap berada di kisaran harga US$50,9–US$54,9 per ton, dengan harga rata-rata sebesar US$52,9 per ton.
Dibanding sebelumnya, harga bijih nikel kadar menengah 1,6% CIF juga tetap berada di kisaran harga US$53,9–US$56,9 per ton, dengan harga rata-rata sebesar US$55,4 per ton.
Terjadi perubahan dari minggu sebelumnya, yang menandakan bahwa harga nikel ore secara umum mengalami penurunan dalam beberapa pekan terakhir.
Penurunan paling signifikan kembali terjadi pada Nickel Pig Iron (NPI). Harga rata-rata NPI minggu ini turun menjadi US$111,1 per ton dengan pembayaran FOB, dibandingkan US$112,3 per ton pada minggu sebelumnya. Artinya, terjadi penurunan sebesar US$1,2 per ton dalam sepekan terakhir.
Tekanan terhadap harga NPI terus berlanjut seiring melemahnya permintaan dari industri stainless steel serta over-supply dari smelter kawasan Asia.
Berbanding terbalik dengan tren penurunan sebelumnya, high-grade nickel matte mencatatkan kenaikan harga.
Setelah sempat turun US$72 per ton pada minggu ketiga Juni, harga rata-rata nickel matte kini naik sebesar US$46 per ton menjadi US$12.914 per ton FOB. Pemulihan harga ini menjadi sinyal positif bagi pelaku industri baterai, mengingat produk ini merupakan bahan baku penting dalam rantai pasok katoda kendaraan listrik.
Produk turunan lainnya, Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) juga mengalami kenaikan. Harga rata-rata MHP minggu ini tercatat sebesar US$12.442 per ton dengan pembayaran FOB, naik sebesar US$17 per ton dibandingkan harga minggu sebelumnya yang berada di level US$12.425 per ton. Kenaikan ini terjadi setelah harga MHP sempat terkoreksi dua pekan berturut-turut.
Kondisi ini mencerminkan sentimen pasar yang mulai menunjukkan ketertarikan kembali terhadap produk hilir nikel seiring meningkatnya permintaan dari sektor kendaraan listrik menjelang kuartal ketiga. Kenaikan harga MHP dan nickel matte dapat memberi angin segar bagi smelter HPAL yang sebelumnya terpukul akibat lonjakan biaya bahan baku, khususnya sulfur.
Meski begitu, pasar masih harus mencermati tekanan harga global terhadap produk hulu, terutama NPI, yang masih menunjukkan tren melemah.
Sebagai informasi, Indonesia Nickel Price Index (INPI) adalah indeks harga nikel yang dikembangkan oleh Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI). INPI bertujuan memberikan referensi harga yang akurat dan transparan, menjadi acuan penting bagi pelaku usaha nikel nasional serta mendukung kebijakan harga patokan mineral (HPM) oleh pemerintah.
Dengan fluktuasi harga yang masih terjadi di akhir Juni ini, pelaku industri nikel diharapkan tetap waspada terhadap dinamika pasar global yang masih diliputi ketidakpastian, terutama dalam menghadapi potensi kelebihan pasokan dan tekanan biaya produksi yang semakin kompleks. (Lili Handayani)