Beranda Berita Nasional UT Group Siapkan Smelter Nikel di Morowali, Target Produksi Tembus 13 Juta...

UT Group Siapkan Smelter Nikel di Morowali, Target Produksi Tembus 13 Juta Ton per Tahun pada 2027

1260
0
Foto bersama Jajaran Direksi PT United Tractors usai Konferensi Pers RUPST 2025, Astra, Jakarta, Jumat (25/4/2025). Dok. MNI. Foto by: Shiddiq

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – PT United Tractors (UT) melalui anak usahanya terus memperkuat kiprah di industri nikel global dengan mengembangkan fasilitas pengolahan nikel di Morowali, Sulawesi Tengah.

Meskipun investasi dilakukan melalui perusahaan terbuka di Australia, seluruh operasional tambang dilakukan di Morowali. Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang UT Group dalam mendukung hilirisasi mineral dan memperluas portofolio bisnis nikel secara global.

Direktur PT United Tractors, Iwan Hadiantoro, menjelaskan bahwa saat ini volume produksi bijih nikel dari wilayah operasi di Morowali memang masih relatif kecil. Namun, hal tersebut dilakukan secara sengaja guna menjaga stabilitas operasional dan mempersiapkan pembangunan smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2027.

“Produksi tahun lalu dari saprolit maupun limonit mencapai sekitar 1,9 juta ton ore. Tapi memang dengan sengaja kami jaga agar tidak terlalu besar karena saat ini kami sedang dalam tahap konstruksi fasilitas smelter RKEF. Setelah mulai beroperasi pada 2027, kapasitas produksi akan meningkat signifikan hingga 13 juta ton per tahun,” ujar Iwan dalam konferensi pers RUPST, Gedung Astra, Jakarta, Jumat (25/4/2025).

Selama periode transisi ini, produksi ore diperkirakan akan berada di kisaran 2 hingga 2,5 juta ton per tahun. Angka ini akan bertahan hingga 2026, sebelum melonjak seiring beroperasinya smelter.

Lebih lanjut, Iwan mengungkapkan bahwa performa operasional bisnis nikel milik UT Group, yang juga memiliki fasilitas di Morowali, saat ini menunjukkan kinerja positif. Pabrik pengolahan bahan baku high value-added product (HPAL) tengah dikembangkan dan ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2025.

“Pabrik HPAL di Morowali kami targetkan mulai produksi akhir tahun ini. Ini bagian dari strategi memperkuat rantai nilai industri nikel kami,” tambahnya.

Dari sisi alat berat, kegiatan pertambangan di Morowali ditangani oleh kontraktor internal UT Group melalui anak perusahaan di bawah naungan PAMA, yakni PT Karya Putra Katulistiwa (KPK). Peralatan utama yang digunakan adalah produk Komatsu serta alat loading dari Stand.

Namun, menurut Iwan, konsumsi alat berat dalam industri nikel relatif tidak seintensif sektor batubara. “Tidak seperti batubara yang menggunakan big fleet, tambang nikel lebih banyak menggunakan small hingga medium fleet,” jelasnya.

Ke depan, UT Group juga tengah mengkaji pembangunan fasilitas High Pressure Acid Leaching (HPAL) sebagai bagian dari hilirisasi nikel lebih lanjut. Studi kelayakan proyek HPAL dijadwalkan rampung pada akhir tahun ini.

“Kalau hasil studi HPAL menunjukkan kelayakan dan pasar membaik, kami akan lanjutkan rencana pembangunan pabrik HPAL di lokasi yang sudah kami siapkan,” tutupnya.

Langkah strategis ini menegaskan komitmen UT Group untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasok nikel global dan mendukung agenda transisi energi berbasis sumber daya dalam negeri dan luar negeri. (Shiddiq)