
NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Strategi hilirisasi, dinamika pasar global pertambangan, hingga kebijakan kenaikan tarif resiprokal menjadi pembahasana menarik di kalangan stakeholder dunia, termasuk Indonesia. Meskipun perkembangan terbaru, pengenaan kenaikan terif tersebut ditangguhkan sementara selama 90 hari ke depan, tetap saja topik ini menjadi pambahasan menarik dalam acara yang digelar Fastmarkets di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (10/4/2025).
Brunch briefing bertajuk “Mineral Penting Indonesia & Geopolitik Global: Tren Pasar, Rantai Pasok & Efek Trump” mempertemukan para pemangku kepentingan industri mineral dan pertambangan nasional maupun internasional. Direktur Fastmarkets, Bansri Shah, menjelaskan pentingnya forum ini dalam menjembatani diskusi strategis menjelang konferensi utama Fastmarkets pada akhir tahun.

“Brunch briefing ini kami hadirkan sebagai wadah diskusi awal yang sangat penting. Kita berada dalam masa transisi global yang menuntut kejelian dalam membaca arah pasar, utamanya untuk sektor mineral yang menjadi tulang punggung energi masa depan,” ujar Bansri.
Sesi utama diisi Direktur Hilirisasi Mineral dan Batu Bara, Kementerian Hilirisasi dan Investasi/BKPM, Rizwan Aryadi Ramdan. Dalam paparan bertajuk “Peta Jalan Indonesia untuk Mineral dan Logam Penting”, Rizwan menyoroti kebijakan hilirisasi, promosi perizinan investasi, dan realisasi proyek-proyek strategis yang telah dikawal sejak ia bergabung dengan kementerian pada 2006.
“Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat pasokan logam penting dunia. Namun, kita harus memperkuat nilai tambah melalui hilirisasi yang terstruktur dan inklusif,” ungkapnya.

Selanjutnya Kepala Bahan Baku Baterai Fastmarkets, Paul Lusty, menjelaskan kembali posisi Indonesia yang terus menjadi pusat perhatian investor global dalam dinamika pasar mineral saat transisi energi ini berlangsung.
Ketegangan Geopolitik
Dalam kesempatan itu, Co-Founder Penida Capital Advisors yang juga penasihat senior Kementerian Keuangan RI, Edward Gustely, dengan tajam dan kritis mengulas kebijakan Presiden AS, Donald Trump, dalam 100 hari pemerintahannya.
Kebijakan Trump memberi sinyal kuat pada penguatan domestikasi industri dan ketegangan geopolitik yang bisa berdampak panjang bagi rantai pasok global, termasuk Indonesia, dan pentingnya diplomasi ekonomi yang adaptif.

Diskusi panel menjadi puncak acara. Dipandu oleh Ben Lawson, panel ini menghadirkan pembicara-pembicara kunci: Rachmat Makkasau (Ketua Umum Indonesian Mining Association/IMA), Harry Pancasakti (VP Government Relations, PT Freeport Indonesia), Rizal Kasli (Asosiasi Penambang Nikel Indonesia/APNI), dan Sally Zhang (Pemimpin Tim Asia, Logam Non-Ferrous, Fastmarkets).
Isu-isu strategis dibahas mendalam, mulai dari dominasi investasi Tiongkok di sektor nikel Indonesia, kebutuhan diversifikasi ke komoditas seperti tembaga dan bauksit, hingga implikasi geopolitik terhadap keamanan pasokan global.

Indonesia harus lebih agresif mengamankan posisinya dalam rantai pasok internasional, tidak hanya sebagai eksportir bahan mentah, tetapi sebagai penyedia bahan baku bernilai tambah.
Acara ditutup dengan sesi tanya jawab dan pernyataan bersama untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor. Setelah itu, para peserta menikmati makan siang bersama hingga pukul 14.00 WIB.
Dengan format interaktif dan isu-isu aktual, Fastmarkets Brunch Briefing 2025 menjadi momen penting untuk merespons dinamika pasar mineral global, sekaligus memperkuat peran Indonesia sebagai pemain utama dalam ekosistem transisi energi dunia. (Shiddiq)