Beranda Asosiasi Pertambangan Sekum APNI: Kiprah APNI dan Rencana Pembentukan IME dan Standar ESG

Sekum APNI: Kiprah APNI dan Rencana Pembentukan IME dan Standar ESG

2370
0
Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey. (Dok.MNI)
Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey. (Dok.MNI)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Sekretaris Umum (Sekum) Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey, menyampaikan sejarah berdirinya APNI pada 6 Maret 2017 di Gedung C Direktorat Jenderal (Ditjen) Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM.

Selain itu, ia memaparkan perjuangan dan beberapa kontribusi besar APNI kepada pemerintah, pengusaha, perusahaan, maupun masyarakat dan negara dalam perjalanannya selama delapan tahun ini.

“Apa yang APNI lakukan adalah mendirikan Harga Patokan Mineral (HPM) yang kini sudah berjalan. Kedua, bagaimana kami menghadirkan tata kelola, tata niaga, dan semua dalam bentuk aturan Permen ESDM No. 11 Tahun 2020,” sebut Meidy dalam acara HUT ke-8 APNI di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (6/3/2025).

APNI, katanya menambahkan, memberikan masukan yang berarti dalam transaksi perdagangan nikel, terutama ketika diterapkannya larangan ekspor bijih nikel ke luar negeri.

“Aturan transaski perdagangan bijih nikel yang tadinya berbasis CIF sekarang sudah berganti FOB,” tambahnya.

Ia juga menuturkan, APNI juga memiliki andil dalam penetapan rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) yang tadinya lima tahun dan sekarang telah ditetapkan 3 tahun, termasuk penetapan harga kobalt dalam Permen ESDM No. 80 Tahun 2025 yang telah berjalan saat ini.

“Itulah kegiatan-kegiatan APNI untuk penaikan penerimaan dan pendapatan negara dari nikel, baik downstream maupun upstream,” tuturnya.

Meidy mengungkapkan, pada 2025 ini, APNI akan melakukan kerja sama dengan Kementerian Perdagangan di Bappebti untuk membentuk Indonesia Nickel Exchange karena Indonesia merupakan negara terkaya nikel nomor satu dunia.

Pada 2023-2024, Indonesia sudah mengontrol 63% total produksi dunia nikel yang merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa dan negara dalam industri pertambangan nikel, serta APNI akan terus melakukan kontribusi yang terbaik untuk bangsa dan negara.

“Kemudian juga kita akan melaksanakan bagaimana Indonesia punya enviroment, social and governance (ESG) metodologi sendiri (pada 2025),” ungkapnya.

Dia juga mengakui bahwa APNI sekarang bukan lagi organisasi bertaraf nasional saja tetapi kini sudah bertaraf internasional, dan banyak dikenal diberbagai mancanegara disektor pertambangan nikel dunia di belahan Eropa, Amerika Serikat, Inggris hingga Rusia.

APNI telah melakukan kerja sama dengan pasar logam China yaitu Shanghai Metal Exchange (SMM), bursa komoditas berjangka Inggris yaitu London Metal Exchange (LME), Argus Media, Fastmarkets. (Shiddiq)