Beranda Asosiasi Pertambangan HMA Nikel Desember 2024: Harga Turun tapi Prospek Pasar Nikel Indonesia Cukup...

HMA Nikel Desember 2024: Harga Turun tapi Prospek Pasar Nikel Indonesia Cukup Baik

3477
0
APNI mengeluarkan rilis HMA Nikel Per Desember 2024. Dok. APNI

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Selain Indonesia Nickel Price Index (INPI), Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) juga merilis harga Harga Mineral Acuan (HMA) untuk bijih nikel pada Desember 2024, yang tercatat sebesar US$15.822,95 per dry metric ton (dmt). Ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan harga HMA November 2024, yang tercatat sebesar US$17.072,14 per dmt. Penurunan ini mengindikasikan adanya tekanan pada pasar, baik yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, seperti fluktuasi harga global, maupun dinamika ekonomi domestik.

Berikut adalah rincian harga HMA Nikel berdasarkan kadar dan kondisi masing-masing pada Desember 2024.

Untuk nikel kadar 1,60%, dengan CF 17% dan MC 30% (FOB per wmt), berada pada level US$30,13, dan MC 35% (FOB per wmt) berada di level US$27,97.

Nikel kadar 1,70%, dengan CF 18% dan MC 30% (FOB per wmt), berada di level US$33,89, dan MC 35% (FOB per wmt) berada di level US$31,47. Untuk nikel kadar 1,80% yang menggunakan CF 19% dan MC 30% (FOB per wmt) berada di level US$37,88, dan untuk MC 35% (FOB per wmt) berada di level US$35,17.

Untuk Nikel kadar 1,90% yang menggunakan CF 20% dan MC 30% (FOB per wmt) berada di level US$42,09, dan MC 35% (FOB per wmt) berada di level US$39,08. Nikel kadar 2,00% yang menggunakan CF 21% dan MC 30% (FOB per wmt) berada di level US$46,52, dan MC 35% (FOB per wmt) berada di level US$43,20.

Pasar Nikel Indonesia Cukup Baik

Meski beberapa jenis produk bijih nikel menunjukkan penurunan harga, kondisi pasar secara keseluruhan masih menunjukkan ketahanan yang cukup baik. Penurunan harga pada beberapa jenis bijih nikel bisa jadi merupakan dampak dari fluktuasi harga pasar global, yang seringkali dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kebijakan perdagangan internasional, harga energi, dan perkembangan sektor industri global yang menggunakan nikel, terutama untuk produksi kendaraan listrik dan baterai.

Namun, Indonesia tetap menjadi salah satu produsen terbesar nikel dunia dan memiliki peran kunci dalam penyediaan nikel untuk industri baterai kendaraan listrik, yang diperkirakan akan terus berkembang pesat dalam beberapa tahun mendatang. Dengan potensi besar di sektor ini, harga bijih nikel Indonesia masih memiliki peluang untuk stabil dan bahkan meningkat seiring dengan permintaan global yang terus berkembang.

APNI juga menyarankan agar para pelaku industri nikel domestik, baik produsen maupun konsumen, terus memantau perkembangan harga dan strategi pasar, guna memanfaatkan peluang serta mengantisipasi dinamika harga yang mungkin terjadi dalam waktu dekat. (Shiddiq)