NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Transformasi digital di sektor pertambangan menjadi tantangan nyata yang harus dihadapi pelaku usaha pertambangan di Indonesia. Masalah krusial tersebut menjadi pembahasan menarik para pelaku industri pertambangan dalam panel diskusi bertajuk “Digital Transformation in Mining: Strategies and Challenges”, di Hotel J.W. Marriot, Kamis (8/8/2024).
Pada diskusi yang merupakan bagian dari rangkaian konferensi Digitalization in Mining Indonesia 2024: From Pit to Port, yang diselenggarakan Petromindo itu., para pemimpin industri pertambangan berkumpul untuk membahas strategi dan tantangan dalam mengadopsi transformasi digital di sektor pertambangan. Peningkatan efisiensi operasional, keselamatan, dan keberlanjutan lingkungan melalui penggunaan teknologi digital menjadi fokus diskusi ini.
Chairman of the Indonesian Mining Association, Rachmat Makkasau, Executive Director of the Indonesian Mining Services Association (Aspindo), Bambang Tjahjono, Chairman of Indonesia Coal Mining Association (ICMA), Priyadi, Secretary General of Indonesia Nickel Miners Association (APNI), Meidy Katrin Lengkey, dan President Director SMG Consultants, Keith Whitchurch, mengemukakan pandangan mereka agar industri pertambangan bisa sintas di tengah gempuran teknologi digital.
Sekretaris Umum APNI, Meidy Katrin Lengkey, menyoroti pentingnya Simbara dalam memberikan nilai tambah bagi negara.
“Simbara itu kerja sama antar-lima kementerian/lembaga. Apa value added ke negara Indonesia? Simbara adalah bukti adanya value added ke negara,” ungkap Meidy.
Namun, ia mengakui bahwa sistem yang baru diluncurkan tersebut bukan tidak menghadapi berbagai tantangan.
“Simbara memang kompleks karena ini baru diluncurkan. Memang, ada beberapa keluhan dari pengusaha,” katanya tak menampik.
Akan tetapi, sambungnya, sisi positif lainnya mengenai sistem Simbara, yakni dapat bekerja menjadi semacam sistem “BI checking“.
“Simbara ada sistem bloknya. Semacam BI checking untuk pengusaha agar mereka memenuhi syarat-syarat beroperasi. Beberapa persen pendapatan perusahaan akan disetorkan kepada pemerintah melalui Simbara. Sekarang PR-nya adalah bagaimana caranya perusahaan menekan ongkos produksi,” ujarnya.
Dalam pada itu, Direktur Eksekutif Aspindo, Bambang Tjahjono, mengakui bahwa transformasi digital bukanlah tugas yang mudah di sektor pertambangan.
“Tidak mudah memang mengonversi ke digital transformation dan banyak tantangan besar yang dihadapi perusahaan dalam mengadopsi teknologi baru ini,” ungkapnya.
Panel diskusi ini juga membahas berbagai langkah penting dalam mengembangkan strategi transformasi digital di sektor pertambangan, tantangan utama dalam menerapkan teknologi baru, serta metrik dan key performance indicators (KPI) yang digunakan untuk mengukur keberhasilan inisiatif transformasi digital. Selain itu, beberapa studi kasus tentang proyek transformasi digital yang berhasil di sektor pertambangan turut diangkat dalam diskusi.
Acara ini menekankan pentingnya peran kepemimpinan dalam mendorong perubahan digital di industri pertambangan. Para panelis sepakat bahwa dengan strategi yang tepat dan komitmen dari para pemimpin perusahaan, transformasi digital dapat menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing industri pertambangan Indonesia di masa depan. (Aninda)