Beranda Berita Nasional IBS 2024: Tantangan dan Peluang di Industri Baterai, Pemateri Soroti Pentingnya Implementasi...

IBS 2024: Tantangan dan Peluang di Industri Baterai, Pemateri Soroti Pentingnya Implementasi Praktis

1789
0
CEO dan Founder Relith, Agung Nugroho. Dok: MNI/Chiva.

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – International Battery Summit (IBS) 2024 berlangsung meriah di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, dengan menghadirkan berbagai ahli dan profesional di bidang teknologi baterai. 

Salah satu pemateri utama, CEO dan Founder Relith, Agung Nugroho, menyampaikan presentasi berjudul “Transforming Waste into Business Opportunity with Battery Recycling for a Sustainable Future”.

“Kesempatan untuk daur ulang baterai itu besar, namun peluang untuk menangkapnya agak challenging karena harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar dari China dan Korea. Di Indonesia, kita saat ini belum punya teknologi yang proven untuk skala besar seperti yang dimiliki China dan Korea,” papar Agung.

Ada beberapa teknologi yang masih berkembang, namun perlu dukungan pemerintah dan swasta. 

“Dari pemerintah dan swasta lokal harus mulai membudayakan Research and Development (R&D) agar ke depannya Indonesia bisa lebih independen dalam menangkap peluang di industri baterai,” imbuhnya.

Untuk mendaur ulang baterai dalam skala besar (20.000 ton/tahun), dibutuhkan biaya sekitar US$500 juta sampai dengan US$1 miliar. Untuk mendaur ulang baterai dalam skala kecil 3.000 ton/tahun dibutuhkan biaya US$20 juta–US$30 juta.

“Itu kira-kira ya.. Semua kembali lagi. Tergantung teknologi,” tambahnya.

Selain memaparkan materi, Agung juga memberikan pandangan positif terhadap penyelenggaraan acara ini, meskipun mencatat beberapa aspek yang perlu diperbaiki. 

Overall penyelenggaraannya bagus, kontennya lumayan menarik,” ujarnya. 

Namun, ia menyoroti beberapa kekurangan, terutama dalam penyampaian materi oleh beberapa pembicara. 

“Ada beberapa yang very theoretical dan agak-agak membosankan, tetapi ada beberapa juga yang bagus banget,” kata Agung. 

Ia menyarankan agar konten presentasi lebih dikurasi untuk meningkatkan kualitas keseluruhan acara.

Selain itu, Agung juga mengkritik masalah ketepatan waktu acara. 

“Ini ngaretnya sampai 2 jam,” ungkapnya, seraya berharap agar acara serupa di masa mendatang lebih memperhatikan jadwal dan memastikan semua sesi berlangsung tepat waktu.

Meski demikian, Agung memuji aspek jaringan dan kolaborasi yang terjalin selama acara tersebut. 

“Secara network dan everything-nya bagus kok,” ujarnya, mengapresiasi kesempatan yang diberikan IBS untuk bertukar pikiran dan menjalin kemitraan.

Ketika ditanya tentang harapannya untuk IBS tahun depan, Agung menyampaikan keinginannya agar acara lebih berfokus pada implementasi praktis dan tidak hanya berputar pada teori. 

“Lebih banyak implementasinya,” tegasnya, menekankan pentingnya materi yang relevan dengan perkembangan isu-isu aktual di industri baterai.

IBS 2024 menjadi platform penting bagi para pemangku kepentingan di industri baterai untuk berbagi wawasan dan inovasi terbaru. 

Dengan masukan berharga dari para pemateri seperti Agung Nugroho, diharapkan IBS mendatang akan semakin berkualitas dan memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan industri baterai dan energi terbarukan. (Aninda)